Oleh: Nazar Shah Alam
sumber: Harian Aceh, 13 September 2011
Alkisah, ini cerita berulang kembali ke beberapa tahun lalu. Tentang sekawanan perempuan yang akrab sekali berkawan-kawan. Suzanna, Maryam, Jeniffer,dan Maysaroh. Lazimnya gadis jika sudah melipir dari panas siang, mereka akan membicarakan banyak hal; serupa menggunjing.
Siang itu mereka duduk di tempat biasa, yakni di bawah rindang mahoni depan kampus lama mereka di Universitas Shah Alam. Sekian lama di sana mereka membicarakan banyak sekali tentang diri dan kuliah. Banyak masalah yang menyangkut dosen dan proses perkuliahan mereka saat itu. Dosen-dosen yang monoton dalam mengajar, yang melucunya sudah basi, idealis, oportunis, dan
yang tak sesuai memberikan nilai dengan usaha yang mereka lakukan.
yang tak sesuai memberikan nilai dengan usaha yang mereka lakukan.
Namun itu, demi melihat seorang lelaki berpakaian paling rapi melintas, pokok pembahasan mereka berubah serta merta. Coba lihat cowok (lelaki) itu, kata Suzanna. Semua mata mengarah ke tunjukan tangan gadis itu. Waw, gantengnya, ujar Maryam. Sekelompok mereka terpana melihat lelaki tampan yang melintas itu. Lagak para gadis itu persis seperti lakon aktris dalam sinetron murahan ketika melihat lelaki pujaan.
Lelaki itu masuk ke mobil pribadinya dan dari jauh terlihat ia memanggil temannya serta. Yang baik dan rupawan itu tentu tak lain adalah Muhammad Pengko Khan. Tiba-tiba para gadis itu mulai berbicara tentang kriteria cowok idaman mereka. Aku maunya punya cowok yang pandai main bola, kata Suzanna. Alasannya karena cowok yang suka main bola itu menandakan bahwa ia pandai menguasai lapangan sehingga ia bisa menguasai keadaan. Kalau bisa striker, lanjut Suzanna. Tak lain sebabnya karena striker menunjukkan lelaki itu pandai menaklukkan hati kekasihnya, seperti ia menaklukkan gawang lawan. Para anggota d’Maniez Imoeth (nama genk mereka) tertawa.
Aku sih pengennya yang ganteng, pendiam, dan budiman, kek si Pengko githu, ujar Maryam. Orang pendiam sukar ditebak, yang ganteng dan budiman idaman semua perempuan. Gadis yang berbadan langsing itu memang sedang dekat dengan Pengko. Para d’Maniez Imoeth manyun semua, seperti tidak ikhlas. Kalau aku maunya cowok itu yang suka memelihara kerbau, kata Jennifer. Ketika ditanya alasannya, Jennifer menjawab karena lelaki yang suka memelihara kerbau adalah tipe penyayang dan pemberi tahu arah. Sebab, lelaki itu kalaupun tidak tiap sore, pasti akan menyempatkan waktu memandikan atau mengandangkan kerbau-kerbaunya. Dan bila membajak sawah, maka ia akan memberitahukan arah ke kiri atau kanan. Selain itu, lelaki pemelihara kerbau adalah lelaki yang tahan godaan nafsu. Sanggup menahan diri walaupun kerbau betina adalah binatang paling sexi. Lelaki itu adalah Shakir, maksudnya.
Setelah derai tawa mereka berhenti, Maysaroh berkata, aku ingin lelaki yang suka memancing seperti Wak Lah kampung Pengko. Alasannya karena pemancing pasti akan selalu membawakan dia ikan. Maysaroh adalah gadis yang paling rakus pada ikan. Lepas dari itu semua, mereka sepakat menggabungkan segala kriteria cowok itu menjadi kriteria calon pemimpin mereka selanjutnya. Pemimpin mesti memiliki jiwa pemain bola, ganteng dan budiman, peternak kerbau, dan pemancing. Itu semua agar pemimpin mampu menguasai lapangan dan membawa negeri ini pada kemenangan, disukai banyak orang, penyayang dan tahan godaan, serta membawa rezeki bagi seluruh rakyat. Ya, setidaknya demikian!
0 komentar:
Posting Komentar