Selasa, 27 September 2011

Alhamdulillah Yaa


Oleh: Makmur Dimila
Sumber: Harian Aceh,  26 September 2011
Bercita-cita menjadi artis ibarat pungguk merindukan bulan bagi Sonia. Mustahil. Beberapa kali ikut audisi, temannya Aya itu tak lulus. Daripada daripada, ia pun memilih ikuti saja budaya artis ibukota. Apa yang artis pakai dan ucapkan, ditirunya.
Tingkah artis Indonesia tak jarang membuat fansnya tergila-gila, tak terkecuali Aceh, seperti Sonia juga Aya. “Alhamdulillah yaa,” kata mereka juga remaja atau pemuda Aceh sesama
kawan-kawannya.
Mereka sedang meniru jawaban penyanyi pop Syahrini ketika mantan duet Anang itu diwawancarai segerembolan orang yang menamai diri wartawan infotaiment.  Kemudian ‘Alhamdulillah yaa’ itu jadi trend di tanah air.
Bahkan sebagiannya mengadopsi ke ucapan lain seperti: ‘Insyaallah yaa, Masyaallah yaa, Subhanallah yaa’. Dan paling ekstrem di Aceh, menerapkannya pula pada bahasa Inggrehnya Aceh, seperti: Pap Ma yaa, Aramjadah yaa, Pukee Wang yaa, dan lainnya. Menarik mendengarnya bila diucapkan dengan lembut sebagaimana Syahrini menutur dengan lembut pula.
Je menyatakan, Syahrini menjawab demikian dapat duit. “Tapi kita, tak dapat apa-apa. Kecuali senyum sekejap saja dari kawan-kawan yang mendengarnya. Atau mereka akan mencibir: lebay!” katanya.
Demikian pula dengan cara Ustaz Maulana berceramah di tivi-tivi swasta. “Jamaaaahhhhh, o jamaah.” Pekik ustaz ‘lebay’ itu pada pemirsa. Atau ia akan melontarkan kata, “Alhamdu?”, lalu serentak pendengarnya menyahut, “lillah.”
Ucapan-ucapan demikian sangat disukai masyarakat, lalu mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Wajar saja Je terenyuh mendengar murid sebuah TK di Banda Aceh saat belajar ceramah pada suatu pagi akhir September 2011. Dalam ceramah singkatnya, si anak mengatakan melalui pengeras suara yang disediakan guru-gurunya, “Alhamdu?”, lalu disahut kawan-kawannya, “lillah.” Meniru Ustaz Maulana.
Menghibur sih  boleh. Tapi pemilihan kata dan tempat untuk menghiburnya tak tepat. Je khawatir kalau generasi Aceh itu jadi, misal, generasi Syahrini, atau generesi Ustaz Maulana.
Dan selain ucapan, orang Indonesia juga suka mengenakan aksesoris yang digunakan artis. “Seperti baju Airin, yang dikenakan pemeran Airin dalam sinetron Ada Apa Dengan Cinta beberapa tahun lalu,” kata Je.
Lalu ada luweue (celana) Pasha. Biasa disebut celana pensil atau kuncup. Celana itu membuat sebagian pemakainya “tersiksa” ketika melepaskannya, teruma saat kebelet pipis. Kadang juga, bila dilihat orang dengan celananya, kasian celana, tak sesuai, ibarat langit dengan bumi. “Itulah orang kita Indonesia, lebih-lebih Aceh yang terkenal dengan syariat islamnya,” komentar Ari pada Je, padahal ia juga mengenakan celana Pasha dan berambut Pasha. Masyaallah yaa. Lebay yaa.

0 komentar:

Posting Komentar