NISAN
Ke
haribaanmu. di mana peluk lusuh
dan cium
keluh bertemu, kularung
alir sungai
duka. Sebab pencarian yang
tiada
kunjung bermuara
telah
mematikan berjuta-juta kemungkinan baik
Dan aku, aku
si sunyi yang menatap rindu beranak-pinak
tanpa bisa
sekalipun membentak
Kamu katakan
padaku akan kembali
suatu ketika
di mana sunyi akut dan
erang takut
lindap di sukmaku. Sebab kesendirian
telah
merenggut kenangan demi kenangan dari
buku catatan
yang pernah kita tulis bersama. dirobeknya
hingga yang
tersisa hanyalah ingatan di kepalaku
yang semakin
banyak alpa
aku
mencari-cari bentuk rupamu:
lamat-lamat
menjadi bayang dan jauh
Kemudian
kamu datang dan berdiri
tepat di
kepalaku. Kau bacakan mantra-mantra
kehilangan
dan berulangkali menangis
meminta aku
kembali pada Tuhan yang hanya diam
dan
mengabulkan kutuk atas dirimu sendiri
menjadi kata
dalam puisi paling sepi
Osra, 7 September 2013
Jendela
Sebab telah
Tuhan titipkan tangan-tangan di punggung rapat jeruji jendela
kabut tipis
awan pertama menjulur padamu dengan isyarat guntur
serupa degup
jantung kekasih kali pertama kau rekatkan telingamu di dadanya
tangan-tangan
itu menggapai dan kelak kita namakan ia takdir
dari Arsy.
Kau khawatir menerima sejulur tangan dan gidik menyergap
tubuh latamu
tanpa hijab: tanpa bisa kau tentukan
"Jika
Tuhan takdirkan terbang, terbanglah engkau, aduhai!"
buka jendela
itu sehingga tangan-tangan yang menggapai
dengan mudah
mengenali sayap-sayap muda yang jua mesti ke sana
"Jika
Tuhan takdirkan urung, urunglah terbangmu, aduhai!"
barangkali
jendela itu bukanlah takdir baik untuk kita
dan kamu
harus mengulang cari jendela baru untuk mengabarkan kegelisahan kotamu
takdirmu
telah ditentukan di Arsy sebelum ruh ditiupkan ke rahim ibu
namun
barangkali baru dilafalkan Tuhan melalui lisan terpilih
agar lebih
siap kau rentangkan sayap atau sembunyikan ia lagi hari ini
KJ, 22 April 2014
*Nazar Shah Alam, merupakan peternak ayam potong di kawasan Mauro Raya
0 komentar:
Posting Komentar