Minggu, 23 Desember 2012

Sepenggal Tentang Kemarin



Karya Rahmat Kembali Rohadi 

Kenangan di masa lalu masih erat memeluk tubuhku. Kenyataan demi kenyataan selalu menerpa kebahagiaan yang penuh asa. Berkasih tapi tak pernah bertepi, dan bersayang namun punah meninggalkan bayang. Mereka terlalu cepat pulang.
Dalam nada kerinduan, kepiluan, dan kekecewaan, dia datang menyapa. Saat ini, di hatiku dia kuletakkan  satu angka di bawah orangtuaku. Dia mengubah hitam menjadi putih, dia membawa angin untuk menampar mendung, dan dia mampu mengalirkan arus cinta kembali dalam jalur darahku.

Hari ini, kebahagiaan lagi kudapatkan. Di hari kelahiranku, aku berada di antara orang-orang hebat, orang-orang gila, dan orang-orang yang penuh rasa cinta. Tak ada pula kado istimewa buatku, selain dari kehadiran gadis yang memakai baju berwarna hijau, seperti warna kesukaan Maksum. Tapi, dia hijauku, bukan hijaunya Maksum.

Berbeda dari biasanya. Manakala waktu ini tiba, aku akan mencari tempat yang paling indah, tidak untuk bersama, kusus berdua. Berfoya-foya, bersukaria, bernostalgia, dan menabung dosa. Hari ini tidak. Kami merangkai cerita yang sangat penuh dengan gejolak asmara.

Maksum dengan gaya bisiknya, bersembunyi rencana di balik senyumnya, bahwa ia ingin mencapai hajatnya pada sebuah puisinya “Melukis candi dari pasir.” Ya, hari ini hal itu sudah terealisasikan olehnya bersama hijaunya dengan sangat berbunga-bunga.

Pengko sibuk dengan gadis kecilnya. Entahlah, aku melihat bagai menonton sinetron di SCTV yang judulnya kalau tak salah aku mengingat, yaitu “Roman Picisan”. Tapi, apa pun ceritanya, apa pun makanannya, apa pun minumannya, gadis itu tetap di hati Pengko. Gadis itu sama pula terhadapnya.

Tek Nggeng sibuk dengan ingatannya. Kayaknya dia sudah terkena virus Evi Tamala “dimana pun ada bayanganmu” (bayangan orang kampungku itu). Aku tak tahu kenapa Tek Nggeng sangat bisa tergila-gila padanya. Kata yang keluar dari bibir seksinya itu, “aku teringat main ayun-ayunan”

Bunga. Hari ini aku kurang memperhatikannya. Sebab di awal, ada kata yang sumbang kudengar, dan membuat aku beriba padanya. Tapi tidak mengapalah. Bukan salahku. Sudah kutawarkan dulu, namun dia tak mau.

Kemudian Lara dan Duka sibuk merencanakan siapa yang lebih duluan harus hamil. Sebab mereka dua adam yang ingin menjalin hubungan mesra, begitu keterangan dalam canda gurau waktu itu. Dan konon pula ceritanya, bahwa yang akan membengkak adalah bagian belakangnya, bukan depan. Lara dan Duka menghilang dari kami secara bersama, dan ke mesjid bersama, dan mandi laut  pun bersama.

Sekarang aku. Aku tak mau banyak bercerita tentangku. Hari ini aku sangat bahagia. selain di hari lahirku dapat bermain bersama mereka, aku juga dapat melaksanakan asa yang lama sudah tergadai. Seperti analisisku pada puisi Maksum Dimila, semuanya tadi nyata. Di celah-celah kesibukan mereka, keromantisan mereka, aku bekerja dalam bayangan tak nyata.

Dan untuk semua yang memberi doa kepada saya, nikmatilah kisah singkat ini sebagai pengawet muka. Terimakasih atas semua doanya untukku itu. Terimakasih.

Wassalam
Kembali

Read more…

Minggu, 09 Desember 2012

Gadis Jelmaan



Karya Rahmat Kembali Rohadi

Seolah aku berada pada dua tahun yang lalu. Hidup penuh warna-warni cinta, dan kebahagiaan yang tiada tara. Bertemankan para pemimpi, serta taman hati diisi oleh bunga jelita jelmaan itu. Ini kehidupan baruku, bagai jiplakan hidup di masa lalu.

Pilu menjauh, resah berjarak, dan duka menghilang dari dekapan jiwa. Aku tak lagi berselimutkan sepi. Semangat menciptakan masa depan yang cerah, menendangku untuk bergerak melawan kemalasan. Cita dan cinta murni, datang kembali menemani hariku. Dengan sepenggal keinginan, aku menjadi lebih gigih menjamu peluang kesuksesan.

Perpisahan demi perpisahan dengan gadis yang kucintai, telah merobohkan segala mimpi. Kisah demi kisah pilu itu, merupakan kutu pengganggu ketentramanku berpikir. Lebih lagi maut yang memaksa, bukan sekedar berganti status saja, tapi pergi dari dunia untuk selamanya. Dan kala itu, aku bak meraba dalam kelam.

Hari ini segala dan segalanya berubah. Awan hitam yang mengulum pandangku, sirna. Bebatuan besar yang mengunci langkahku untuk maju, semua terpental jauh-jauh. Angin malam yang memagut kemalasan di tubuh, kini berganti menjadi pagutan motivasi yang teramat sangat. Semua itu merupakan buah dari pertemuanku dengan gadis jelmaan itu.
***
Empat hari sebelum berjumpa hari ini, seorang gadis berkulit putih terlihat menawan. Lama aku memperhatikannya. Lelah mengingat, letih mengenang, dan lama berpikir tentang wajah dan sifat gadis itu. Seakan aku mengenal, tapi kapan? Dia memang sudah berkenalan denganku beberapa waktu lalu. Tapi, saat itu aku bukan melihat dirinya, namun ada sosok seseorang lain dalam dirinya. Namun, siapa?

Demikian lamat-lamat aku memandangnya, semakin mendalam penasaranku. Dengan semburan senyumnya, dengan keramahannya, dan dengan kecantikan yang meronanya, aku merindu. Tapi, aku tak tahu pada siapa aku merindu.

Gadis itu pergi. Dia tak ada lagi di dekatku. Katanya padaku, hanya sekejab saja. Pun begitu, dirinya menyatu dengan pikirku.

Siapa dia? Darimana dia? Dan apa pula tujuannya malam itu? Aku sudah tahu. Akan tetapi, dia tetap parasit untuk konsentrasiku. Lalu, kenapa denganku? Mungkinkah aku jatuh cinta padanya? Entahlah.

Aku tidak mencintainya. Dia temanku, dia milik temanku, dan aku hanya ingin menjadikannya sebagai temanku. Namun, kenapa dia menghantuiku? Apakah aku harus menjadi pagar yang makan tanaman?
Setengah jam lebih bayangnya terpatri. Cara demi cara kulakukan untuk melenyapkan, sayangnya aku gagal. Erat sangat dirinya melekat di benakku.

Dia kembali. Dari kejauhan senyumnya memancar bagai manisan madu. Lenggang lenggoknya mengingatkanku pada seseorang. Ya, seseorang gadisku dulu, gadis yang dipisahkan Tuhan sebab kerinduan_Nya, dan Tuhan ingin melepaskan gadisku dari lilitan marabahaya dosa.

Ternyata dia membawa gadisku dalam dirinya. Aku baru menyadarinya. Pantas saja tingkah dan ulahku berbeda. Sebab dia jelmaan gadis yang sangat kucintai. Sudah lama aku merindu, dan rinduku tak bertepi.

Kini dia di dekatku, tepat di depanku. Aku tak sanggup lagi menantang dua bola matanya. Rasa malu, bahagia, dan ceria, berbaur menjadi keraguan. Namun, dia terus memandangku. Matanya tiada berkedip, dan senyumnya jua tak henti. Aku gerogi. Aku malu, bahkan sangat malu.

Tiba-tiba, seorang lelaki menghampirinya. Lelaki itu membawa gadis jelmaan bersama dirinya. Aku bingung. Dia adalah pacar temanku, dan lelaki itu..? Bukan, lelaki itu bukan temanku. Ah, mungkin lelaki itu adalah selingkuhannya, atau apalah. Aku tak peduli. Yang kutahu, aku mencintai bayang yang ada dalam dirinya, bukan dia.

Sejak itu, aku lebih sering berkomunikasi dengannya. Dia menceritakan banyak hal tentang dirinya. Mulai dari cerita asmaranya, cerita keluarganya dan cerita tentang perkuliahannya. Aku juga melakukan hal yang sama.

Dari ceritanya, aku mengetahui bahwa gadis jelmaan itu bukan lagi milik temanku. Mereka sudah berpisah tiga bulan yang lalu. Perbedaan budaya, adat dan latar, mengharuskan mereka untuk mengakhiri hubungan. Dan dengan sergap dan cepat, aku menyambut dirinya sebagai permaisuriku.
***
Semangatku telah pulang. Bersebab dirinya yang menjelma bayangan seseorang. Bayang itu adalah bayang gadis yang pernah kusayang. Dua tahun lalu, gadisku yang malang telah pergi untuk selamanya dari jangkauan pandang. Lalu, dia kembali pulang  berbentuk bayang pada diri seorang yang sedang kusayang.

Mulanya hanya ingin menikmati bayang yang ada dalam dirinya. Akan tetapi, seiring perputaran waktu, niatku berubah. Aku mencintainya. Ya, aku mencintai dirinya, bukan pada bayangan itu lagi.

Dia memberontak. Dia cemburu. Dia juga menangis. Dia kecewa sebab aku bukan mencintai dirinya. Berulang kali kujelaskan, tapi hanya berbuahkan hampa. Lalu, kutulis beberapa kalimat di secarik kertas, dan kukirimkan padanya.

Aku ingin mencintaimu
Seperti aku mencintainya di dua tahun lalu
Seperti malam membutuhkan bulan
Seperti siang ditemani mentari

Jangan kau cemburu
Kau dan dia adalah sama-sama kusayang
Akan tetapi
Kau sekarang, dan kelak sampai akan datang
Dan dia,
Dia hanyalah kenangan yang tak akan pernah terulang

Andai kau masih cemburu padanya
Cemburulah pada dirimu
Sebab aku mencintai dirimu karena dirinya, dan dirinya adalah kamu

Rawasakti, 8 Desember 2012

Read more…

Sabtu, 08 Desember 2012

Merajut Gemilang di Piasan Seni

Burtuqall: wayyang, 20 thon tinggai
Oleh
Munawir Shakir

Jeuneurob berdiri dengan gagah di atas pematang. Inilah kami, menggemparkan peradaban dengan sastra. Bangga rasanya mendengar bahwa KJ termasuk salah satu peserta dari Stan Sastra di Piasan Seni 2012 yang diadakan di Banda Aceh, tepatnya di Taman Sari. Ini menjadi suatu momen gemilang bagi KJ sendiri. Melihat dari persiapan itu sangat antusias.

Rapat selalu diutarakan oleh Maksum Dimila yang menjabat sebagai ketua, tak kalahnya dengan Pengko Shah Alam sebagai nyawa di KJ. Tuturnya menjadi suatu kepastian. Inilah satu anugerah terbesar yang diberikan oleh Sang Khalid kepadanya. Cukup besar apresiasi yang kuberikan kepada kedua pelopor ini. Mereka memiliki ketegasan di dalam bertindak. Kini saat kita mulai bekerja.

Petang telah menua menunjukkan kemuning di langit barat. Kini saatnya beranjak untuk bekerja. Masing-masing anggota telah memiliki porsi. Diantaranya Pengko sebagai desainer gambar, Maksum dan Chamsyah sebagai layouter, King, Wak Lah, dan Jambo sebagai peracik bingkai. Dan turut juga diramaikan oleh puan-puan yang mendapangi kami dalam bekerja. Di sana juga kami memiliki orangtua yang selalu menyemangati  dalam bekerja. Saban hari ibunda Zahra menyiapkan kopi, dan apabila telah menjelang dhuzur, hidangan sudah disajikan di atas meja.

Sebelumnya kami juga membuang rasa kantuk saban malam, apa-apa yang perlu dipersiapkan di kemudian hari. Kini aku dan Wak Lah mulai meracik bingkai. Satu persatu kayu persegi empat itu siap dihaluskan, agar memiliki nuansa nan indah. Kata Maksum “kerjakan sesuatu itu dengan seni agar membuah hasil yang sempurna”. Ku turuti saja katanya, memang benar. Semuanya bermula pada seni, tiada bantahan bagiku. Begitulah kiranya kawan.

Jari menari di segi empat
Jari tangan pun kian menari-nari di atas persegi empat. Hingga memunculkan kelembutan pada ranah bingkai. Canda tawa membahana kala itu. Ada pula kegalauan di raut wajah Wak Lah, musabab ada persegi empat yang tak bersahabat dengan kami. Wajah Wak Lah yang pertama kulirik begitu ceria sekejap berubah menjadi lara.

Inilah cerita kami, kala suka kala lara. Tapi, semangat kami tak pernah padam demi terlaksana keinginan di acara piasan seni nantinya. Kami ingin menjadi yang terbaik diantara komunitas-komunitas lain. Pada akhirnya pekerjaan kami pun selesai di jambo penuh kedamaian.

Barang-barang  mulai masuk ke stan. Siap untuk dibenah di sudut-sudut yang kosong. Tampak indah sudah dekorasi kamar kami. Pajangan demi pajangan memberi nuansa tersendiri.

Malam pertama pun dimulai, sorak para pengunjung kian membahana di sudut stan-stan. Ragam penampilan mulai diluncurkan. Sekelumit cerita menjadi gempar di tanah kemakmuran. Inilah yang membuat kami betah berada di tempat ini, tanpa keluh-kesah. Angin nan dingin pun kian menusuk ke tubuh para penjaga malam. Di sini banyak canda tawa serta penuh dengan cerita imajinasi liar. Tempatnya para pemuda kreatif bergumul.

Dilanjutkan dengan hari berikutnya. Lentera terus menerangi segala aktifitas kerja kami saban hari, dilanjutkan oleh malam juga. Hujan pun mulai turun membasahi stan-stan kami, gemuruh angin menerpa tenda-tenda. Hujan yang sangat deras itu tak juga mematahkan semangat kami dalam berkarya, walau basah kuyup. Semangat yang begitu besar tercurah dalam dirinya.

Dengan begitu sangatlah mudah mencari simpati dari para pengunjung. Berawal dengan pembacaan puisi yang menggetarkan hati para pengunjung di kala teriakan demi teriakan tersaji dari mulut-mulut para penyair. Pembacaan puisi pertama dibacakan oleh Pengko. Dahsyat. Hingga para pengunjung bergumul di depan stan sastra, selesai pembacaan lalu disambung oleh Maksum, dia membaca penuh dengan kegairahan walau tak setaraf bang Pengko. Aku di situ hanya sebagai pembidik kamera. Tanpa sadar malam ini menjadi celaka. Musabab pemancang telah hilang satu diterpa angin. Entah kemana aku pun tak tahu.

Ceria SMR-Jeuneurob di stan sastra
Silih berganti, tanpa terasa malam penutup telah tiba. Haru-hara telah menyatu dengan kami. Rasa yang belum pernah tercipta. Membuah hasil yang begitu cemerlang. Lantunan lagu-lagu menggema di sepanjang Taman Sari. Elok dipandang gerakan tarian sang musisi dari dataran Tanoh Aceh. Apa hendak dikata, tiap-tiap pengawalan pasti ada pengakhiran. Begitu juga dengan kami, malam ini adalah malam terakhir berada di tempat ini. Sungguh banyak kesan dan lara yang harus dipetik pada pelajaran malam ini. Satu kisah dalam piasan seni Aceh.[]

Read more…

November ke Desember Sibuk



Ada banyak kegiatan yang dilakoni Komunitas Jeuneurob kurun November-Desember 2012. Ada banyak yang bertahan, mundur, berubah, maju, dan beragam kenyataan lainnya. Berikut beberapa foto yang menerangkan segalanya.

1. Sekolah Menulis Remaja Jeuneurob (SMR-Jeuneurob)
Para Pengajar SMR-Jeuneurob edisi-I
  Mulai aktif pada 4 November 2012. Bertempat di MAN Darussalam, Banda Aceh. Kegiatan ini berlangsung setiap hari Minggu pagi dan direncanakan akan menjadi agenda tahunan Komunitas Jeuneurob dengan harapan bisa membantu menumbuhkembangkan minat baca dan tulis pada remaja.







Keceriaan perayaan ulang tahun dua kawan























Genk Apache di jambo setelah SMR-Jeuneurob.
Siswa kelas prosa SMR-Jeuneurob



























Kelas puisi bersama Makmur Dimila























2. Focus Group Discussion: Publikasi Karya Fiksi Aceh di Hermes Palace Hotel (20 November 2012)
    Diundang ke acara tersebut menjadi satu kehormatan bagi KJ. Terlepas bagaimana sebagian orang menilai acara tersebut dari kacamata mereka, KJ tetap merasa bahwa acara tersebut bermanfaat untuk, setidaknya, menjadi ajang silaturahmi antara penulis tua dan muda, penulis muda dan muda, serta memelajari banyak hal di dalamnya.
Nazar Shah Alam berbicara



















Narsiscetion Apaches

Setelah acara, setelah makan, setelah rapat



































3. Persiapan Piasan Seni Banda Aceh 2012 dan Layout Buku
    Perlu kerja keras sebab masih sangat baru untuk hal-hal semacam mengisi stan. Maka, bekerja siang malam adalah hal yang perlu dilakukan. Sebab selain menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke stan, KJ juga perlu merampungkan pengeditan naskah kumpulan cerpen pertama yang akan diluncurkan pada awal 2013 ini.
Kerja malam: jaga mata agar tidak ditarik pelupuk bawah




 
Sang editor yang dieditori sarjani. hehe

















Tentang perbingkaian: serajin-rajinnya King Shakir









Isi bingkai hampir selesai









































4. Piasan Seni Banda Aceh 2012 di Taman Sari (28 November-2 Desember 2012)
    Untuk pertama kalinya Komunitas Jeuneurob mendapatkan kesempatan mengisi stan sastra di sebuah acara. Ini luar biasa.Ketua Umum KJ, Makmur Dimila mengatakan,"ini sesuatu yang baik. Kita sudah dianggap sebagai salah satu komunitas sastra. Sebagai komunitas yang dihuni oleh anak muda, kesempatan ini boleh dikata jarang. Apalagi dengan usia kita yang masih sangat hijau!"
Olah stan: naik turun















Baca puisi di stan sastra





Rapat anggota tersisa




























Baca puisi ala ketua umum KJ



























5. Futsal dan Meuseuraya (6 dan 7 Desember 2012)
    Sebab sangat lelah, maka menikmati olahraga dan makan-makan dengan keluarga Zahra menjadi ajang mempererat kembali kebersamaan dan mengumpulkan lagi kekuatan.
Merayakan kemenangan atas tim Star Senior

Kiper utama KJFC: King Shakir Burtuqall
Penjagal paling tega















Petugas kebersihan itik. hehe
Jadul style di sela kerja



Tungku pembakaran almarhum (ah) bebek
Bersama keluarga Zahra di ruang keluh kesah


Read more…