Kamis, 09 Juli 2015

SELAYANG CATATAN MENJAHIT BAJU LEBARAN



Crew Lima Production bersama aktor dan masyarakat Tumbo Baro
:: Afnie Rahil Munaras 

Pagi itu, Kamis, 2 Juli 2015, pukul 10. Matahari kota Banda Aceh seberingas biasa. Teriknya menusuk kepala sekalipun padahal belum pada tenggatnya. Saya, Hafiz, dan Nazar Shah Alam dipercaya oleh tim Lima Production menuju desa Tumbo Baro, Kuta Malaka, Aceh Besar untuk meninjau tempat pengambilan gambar serta memilih pemeran yang akan mengisi film Baju Lebaran. Sempat diusulkan akan mengambil lokasi di Siem oleh Hamdani Chamsyah yang bertanggung jawab tempat dengan pertimbangan kondisi desanya yang sesuai dengan naskah, namun dalam rapat terakhir Tumbo Baro-lah yang menjadi pilihan. Selain tempat, yang kemudian saya ketahui hanya dibual sejak lama oleh Nazar Shah Alam, mengambil gambar di Tumbo Baro juga dimudahkan mengingat di sana ada santri-santri TPA binaan Cut Eva yang memang sudah direncanakan akan menjadi pemeran.
Sutradara bersama santri TPA  Sultan Alaidin Mahmudsyah

Konon, dari kisah teman-teman saya ketahui bahwa film pendek Baju Lebaran ini sudah direncanakan sebelum lebaran Idul Fitri tahun 2014 silam. Tapi karena kesibukan masing-masing, dan para rekan juga harus membuat beberapa film lain untuk lomba, kerja, dan kreativitas,  ide tersebut hilang begitu saja. Namun, entah bagaimana dalam sekali duduk di warung kopi cerita ini mengambang lagi.

Awalnya film Baju Lebaran direncanakan hanya sebatas sebagai portofolio Lima Production, sekedar demi tidak vakum selama bulan Ramadhan. Zyrki Marfandi, sang sinematografer garis depan di kelompok kreatif kami, sempat menolak bertanggung jawab penuh untuk film ini sebab dia ingin lebih fokus mengerjakan film serial “Lako Saudah” yang sudah dipersiapkan lebih awal dan matang. Tapi apa mau dikata, Lima Production bukanlah tim besar. Pada akhirnya, mau tak mau dia harus mau bertanggung jawab total.
Zyrki Marfandi, sang sinematografer di Lima Production


Proses Lanjutan
 Azal dan Umeir

Umeir dan Azal terpilih sebagai pemeran utama. Mereka baru pertama kali berakting di depan kamera. Nazar Shah Alam, susah payah mengatur lakon mereka. Zyrki Marfandi dan Hafiz berulang kali harus menerima kenyataan gambarnya tak sempurna. Belum lagi mengingat ramainya anak-anak, teman bermain Umeir dan Afzal yang kerap nakal sehingga menuntut kami untuk mendamaikan mereka, membawa ke tempat lain, lalu menghibur, agar proses pengambilan gambar tidak terganggu. Syukurlah seluruh dewan pengajar di TPA Sultan Alaidin Mahmudsyah membantu menghadapi anak-anak itu dan ikut serta meringankan kerja kami dengan mencukupi segala hal yang kami rasa perlu.
 
Zyrki Marfandi, Hafiz, dan Syukri.

Pemutaran Film
Pemutaran perdana

Awalnya kami merencanakan film ini akan diunggah ke akun Youtube Lima Production paling telat pada 23 Ramadhan. Hal tersebut demi membantu diri sendiri agar memiliki sedikit waktu bersantai dalam proses pengambilan gambar dan editing. Tetapi para perangkat kampung Tumbo Baroe ingin film ini diputar pada malam penutupan Gebyar Ramadhan pada tanggal 06 Juli 2015. Hal ini membuat kami harus mengadakan beberapa kali rapat mendadak. Bayangkan saja, proses syuting hingga hari Minggu siang baru berjalan 75%. Jika pun memaksa, kami tidak mungkin bisa mendapatkan gambar sempurna. Lima Production hanya memiliki satu hari dalam mengedit film ini.
Awalnya kami menolak, tapi masyarakat mendesak. Mereka bahkan ikut serta membantu seolah-olah sebagai kru. Sebab tak ingin mengecewakan, melihat keinginan dan keseriusan mereka, membuat kami setuju film ini diputar pada saat diminta.

Di luar dugaan, masyarakat Tumbo Baroe ternyata sangat antusias dengan acara pemutaran perdana film pendek Baju Lebaran ini. Orang-orang menanti di halaman meunasah sembari terus bertanya kapan film Baju Lebaran yang diperankan oleh anak-anak mereka diputar. Hujan baru saja berhenti. Layar dipasang, beberapa pemuda tegap menjaga tiang pancang layar agar tak rubuh ditiup angin yang sedang kencang. Mereka mengurus semuanya dengan semangat menyala.

Syukurlah, semuanya berjalan lebih baik dari yang kami duga. Antusias warga dan penerimaan mereka membuat kami merasa sangat bahagia. Nazar Shah Alam dalam sambutannya pada malam pemutaran perdana film Baju Lebaran mewakili apa yang kami rasakan,”datang ke Tumbo Baro kami tidak merasa sebagai tamu, juga tidak merasa seperti pulang ke kampung sendiri. Datang dan bekerja di Tumbo Baro sama halnya dengan kami pulang ke rumah sendiri, bertemu keluarga kandung kami. Terimakasih!” ucapnya disambut riuh tepuk tangan seluruh masyarakat yang memenuhi halaman meunasah tempat Baju Lebaran diputar.

Setelah di Tumbo Baro, film ini direncanakan akan diputar bergiliran di beberapa tempat di Aceh setelah lebaran. Alhamdulillah. Semoga ini bukan karya kami yang terakhir. Nantikan karya kami selanjutnya.

*Afnie Rahil Munaras adalah tim artistik di Lima Production.

Read more…