Rabu, 30 April 2014

Puisi-Puisi Yulia Rahmah




KERANDA

Sebuah keranda yang tergeletak di pojok kiri musholla itu
Membuat gemetarku, mencuat takutku, menyuling air mataku
Kebisingan melelahkan di kota ini kelak menjadi sepi

Di pikiranku keranda itu seperti memintaku berbaring
Di dalamnya sebagai pertanda akhir




OMBAK

Apakah salah ombak
Kini tak menghempas karang itu lagi
Sebab telah bosan terus mengulang
Kian karang itu berharap akan dihampiri lagi
Dihempaskan ombak-ombak
Diterjang dari sepi




KARMINA KUNANG-KUNANG

Beberapa malam lalu kunang-kunang itu
Terbang beramai-ramai bercahaya

Hampir setiap malam
Tapi entah mengapa tidak malam itu

Kunang-kunang yang terbang bersamaan
Tak kulihat lagi sekutu itu

Mungkin mereka tersesat atau telah memiliki pilihan sendiri
Apakah akan setiap malam hilang kerlipnya itu




SEJOLI

Sebab angin dan pohon itu saling bersapa
Selama mereka ada, selama saling membutuhkan

Suatu saat akan ada hari tatkala pohon itu akan tumbang
Bukan sebab badannya merapuh
Tapi dikarenakan angin menerpanya terus-menerus

(Banda Aceh, 2014)


 *Yulia Rahmah, merupakan mahasiswi Gemasastrin angkatan 2013.

Read more…

Sabtu, 26 April 2014

Sang Pengejar Mimpi









Karya Agfa Aurikha




“yeaaa hurra...” aku lulus woyy lulus...! Terdengar teriakan dua orang siswa yang kegirangan karna kelulusannya dan memberitahukan seluruh dunia bahwa mereka lulus, lulus UJIAN NASIONAL.

Tampak di suatu sudut sekolah seorang laki-laki ber kacamata memandang lurus ke selembar kertas yang tertempel di salah satu mading di sekolah. Perlahan dia mulai mencari, mencari beberapa angka yang akan menentukan masa depannya.

”eh Dit gimana ketemu ga? aku lulus loh!” tanya Rico teman sekelas Adit sekaligus sahabatnya.
”belum nih mana ya? kamu bantuin aku nyari dong?”
"iya iyaa, bosss Raditya Ananda!" Jawab Rico dengan menyebut nama panjang Adit.
Dengan jumlah siswa yang cukup ramai memang susah bagi mereka mencari angka-angka itu. Tiba-tiba
“Ricoo, ini nomer aku kan. Iya, kan? 17-016-001-8 Adit mengabarkan dengan nada senang.
“ALHAMDULILLAH!" Teriak Adit bersyukur kepada Allah dengan sujud nya.
“Alhamdulillah Dit. Alhamdulillah” kata Rico turut bersyukur.

Dengan hati yang riang gembira mereka berdua melangkah ke rumah sambil menyerukan kelulusan mereka. “yeaaa hurra...! aku lulus woyy, lulus!

******

Siang itu udara terasa sangat panas, saking panasnya banyak tukang es yang mendapat keuntungan ganda di siang itu. Termasuk ayah Adit. Ya, ayah Adit hanya bekerja sebagai tukang es keliling yang berjualan di pinggiran jalan raya yang penuh dengan debu dan polusi. Setiap pagi, Adit membantu ayahnya membuat es mulai dari es kelapa, es jeruk, es cincau dan esbeye ehh salah, eheheeh. ibu Adit yang hanya seorang ibu rumah tangga biasa sibuk menyiapkan sarapan, keperluan adit sekolah dan pekerjaan ayahnya. Tapi itu dulu saat Adit masih mengenyam bangku sekolahan. Kini Adit sudah semakin dewasa dan sangat ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di daerahnya. Karena Adit bukan siswa biasa. Ia adalah juara umum di sekolahnya.

Cita-citanya dari dulu ingin menjadi seorang dokter hebat saat bekerja nanti. Mengabdi pada masyarakat, bangsa dan negara. Namun sempat terbesit beberapa pertanyaan di dalam hatinya.
“Apakah bisa Aditya Ananda yang hanya seorang anak tukang es menjadi seorang dokter? Bukankah untuk kuliah di kedokteran itu butuh biaya ratusan juta? Apakah orang tuaku akan mampu?”

Itulah, beberapa pertanyaan yang sering muncul saat sedang sendiri di sudut kamarnya. Setiap selesai sholat dan menjelang tidur ia selalu berdo’a kepada sang khalik mengadu nasib dan keluh kesahnya.

 “Dit, makan malam dulu nak!" panggil sang ibu dengan nada lembut memecah lamunan Adit yang sempat membuat hatinya resah.
 “iya buk sebentar lagi adit keluar!" sahutnya.

*****

“Dit, aku diterima di Fakultas Teknik” dari jauh Rico menyapa Adit dengan senyumnya yang membahana baday dan langsung berlari ke arah Adit yang sedang menemani ayahnya berjualan siang itu.
“Dit, Alhamdulillah aku diterima di Fakultas Teknik Unsyiah loh!” tegas Rico sekali lagi.
“serius kamu,Co?”
“ iya Dit, aku serius!" jawab Rico.
“wah, selamat ya,Co. Salut deh aku sama kamu” puji Adit.
”kamu sendiri gimna Dit? kuliah dimna??”
“aku belum tau Co ,ahh ntah lahh hufhhhh !” Adit menarik nafas panjang. Ayah Adit yang mendengar perbincangan mereka merasa sedih dan bersalah terhadap Adit.
“Aditt, kalo kamu memang mau melanjutkan sekolahmu, lanjutkanlah nak. Masalah biaya biar bapak yang usahakan. Bapak juga bisa meminta bantuan dari bibimu di kampung’’ Tegas ayah Adit.

Adit yang mendengar perkataan ayahnya terharu dan langsung memeluk ayahnya, dan mereka berdua hanyut dalam pelukan. Rico yang melihatnya pun turut terharu. Sampai di rumah, Adit, ayah dan ibunya kembali membicarakan masalah kuliah Adit dan akhirnya setelah beberapa menit berdiskusi Adit pun diizinkan untuk melanjutkan sekolahnya.

Orang tua mana yang tak ingin anaknya sukses? sukses melebihi orang tuanya, orang tua  rela berusaha mati-matian demi menyekolahkan anak mereka setinggi-tingginya bahkan di kedokteran sekalipun.

*****

Pagi yang indah sekaligus super deg degan untuk Adit hari ini , Dia akan mengikuti ujian masuk ke perguruan tinggi negri yang terkenal di daerahnya di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Lebih kurang sekitar 12000-an siswa yang mengikuti ujian tersebut. Tak henti Adit berdo’a dan terus berdo’a di dalam hatinya. Bel panjang pun berbunyi pertanda ujian akan segera dimulai. Satu persatu siswa mulai memasuki ruang tes masing-masing termasuk Adit, semua siswa terlihat sangat serius membaca soal saat itu.Di lain tempat Rico menunggu Adit di salah satu pojok kampus sambil meneguk soft drink yang dibelinya beberapa menit yang lalu. Tepat disamping Rico dua orang gadis sedang membicarakan sesuatu.

“eh tahu ga Dev, sekarang semua siswa dari keluarga kurang mampu atau miskin bisa kuliah gratis gitu, semacam beasiswa miskin  gitu. Iya Dev gitu! kata seorang gadis memulai pembicaraan.

“ah kamu banyak bingit pake gitu nya. heheheh emang beneran Na? wah pasti amazing bingit tuh?" jawab Devi dengan kata alay nya .
Dua gadis ini memang sangat alayers nampaknya.
“iya benerlah Na, masak aku boongin kamyu sih? kan ga mungkin gityu? nih liat data yang aku download dari mas google” sambil mengedip-ngedipkan mata dan mengeluarkan selembar kertas ia mengiyakan pekataanya. Rico yang mendengar pembicaraan mereka langsung memotong pembicaraan gadis alayers ini.

”hay cewek!" sapanya dengan tampang yang cetar dan membahana sehingga mudah saja baginya membuat dua gadis ini terpesona.
“hay juga!" dua gadis ini membalas sapan Rico.
“dev, liat dev, ganteng bingit ni orang."
’’iyaa tauu tau cakep gityu na!" mereka saling berbisik satu sama lain.
“maaf boleh ga aku minta kertas itu?" pinta Rico.
”hah? Boleh, boleh apasi yang ga bole buat kamyu." kata salah seorang dari mereka dengan terus memandang wajah Rico.
”thanks yaa! gue Rico, seneng deh ketemu sama kalian berdua yang super cantik ini" rayu Rico.
“iya, iya!” sahut mereka barengan.
“aku juga seneng bingittt ketemu sama cowo ganteng kaya kamu” kata salah satu cewe alayer tadi.

Rico pun berlalu pergi hilang di hadapan kedua gadis alayers ini. Mulai hari itu dan seterusnya mereka terus saja membicarakan si "Rico Saputra” heeheheh. Dipersimpangan jalan Adit berdiri menunggu Rico.
“ Dit, Aditt!" teriak Rico di seberang jalan. Adit langsung menemui rico dengan tergesa gesa karna takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya itu.
”kenapa sih kamu Co, udah kaya kesambet spongebob aja?”
“ah kamu, kok nyamain aku sama spongebob sih?”
”abis kamu teriak teriak gitu sihh"
“ heheheh sorry deh ,nih coba liat aku bawa apaan?" tanya Rico sambil mengeluarkan kertas yg ia dapat dari dua gadis tadi.
“ya ampun Co, anak Tk juga tau kali kalo itu namanya kertass"
“heuh, ini lebih dari sekedar kertas tau!

“emang kenapa sih?" tanya Adit .
”nih baca aja kalo mau tau"
“oke, oke deh!" Adit pun mulai membaca satu per satu kata di kertas tersebut.

”hah, ini serius Co? ini ga cuma janji-janji pemerintah doangkan?" adit bertanya sambil menggoncang-goncangkan tubuh cowok ganteng itu.
 “woy, pelan-pelan, woy!”
“iya Dit, itu beneran. Jadi kamu ga usah galau lagi lanjutkan impianmu dit, Lanjutkan!"

Adit langsung memeluk Rico.
 “ciye-ciye, mesra amet” kata seorang ibu-ibu yang lewat di samping mereka, mereka pun langsung melepas pelukan itu secepat kilat.
“ih kamu, apa-apan sih ?" kata Rico risih.
”hahaha sorry dah, abis kamu ganteng banget sih, cin!" canda Adit.  Merekapun larut dalam kebahagiaan.

Sampai di rumah Adit cepat-cepat memberitahukan kepada kedua orang tuanya tentang beasiswa tersebut dan cara mendapatkannya.orang tuanya pun terlihat sangat gembira dan mengucap syukur bersama.

*******

Hari demi hari berlalu,tibalah saat nya untuk adit melihat pengunguman hasil tes ujian tulis yang ia lakukan bulan lalu.
”buk, pak, do’ain Adit lulus ya?" pintanya kepada orang tua.
”iya nak, tidak diminta pun pasti kami selalu mendo’akanmu” jawab ibu Adit.  Ayah Adit pun tersenyum mendengar jawaban ibu Adit.
"Adit buruan!" Rico yang sudah sedari tadi menunggu Adit mulai bosan di luar sendirian.
“iya mas ganteng” jawab Adit dari dalam rumahnya.
”eh, ntar warnetnya tutup loh!”
“oh iya-ya, mesti buru-buru tuh” kata Adit.
Mereka berdua pergi ke warnet dengan menggunakan motor Rico yang super berkilau. Karena Rico memang berasal dari keluarga yang kaya raya, namun walaupun begitu ia tetap senang berteman dengan Adit, Mereka berdua sudah bersahabat sejak kelas satu SMA sampai sekarang ini.

”eh, aku deg-degan banget nih! giman kalo aku ga lulus?”
“ah, kamu kok ngomong gitu sih? kamu itu pinter kan? pasti lulus! percaya deh sama Rico saputra!”
“Aamiiin” sahut Adit.
” ehh uda keluar tuh “

“SELAMAT ADITYA ANANDA ANDA LULUS DI PENDIDIKAN KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA’’
“ALLAHUAKBAR.” teriak Adit.
“Alhamdulillah Ya ALLAH ,” Adit bersujud syukur, Rico pun tersenyum bahagia melihat kelulusan sahabatnya. dan ternyata Adit juga lulus seleksi beasiswa BIDIKMISI” program pemerintah yang telah mewujudkan cita-citanya.

*******

Saat pulang ke rumah Adit pun buru-buru menemui orang tuanya.
”Assalamualaikum. Pak, Bu!" Adit mengucap salam dan langsung memeluk kedua orang tuanya.
“Alhamdulillah pak, buk, Adit lulus di kedokteran Unsyiah dan Bidikmisi!”
“ALLAHUAKBAR, Alhamdulillah terima kasih ya Allah telah kau berikan nikmat yang sunggu luar biasa ini untuk keluarga kami” ucap ayah Adit.

Mereka pun bersujud syukur tak henti hentinya kepada Allah. Hari itu adalah hari terindah untuk Adit,hari dimana ia bisa mewujudkan cita-cita nya. Bisa membahagiakan kedua orang tua nya. Hari dimna seakan dunia tersenyum bahagia melihat kelulusannya.karena seberapa miskin pun kita saat ini seberapa parahnya ekonomi keluarga, jika kita masih mau berusaha dan bertawakkal kepada Allah semua bisa terjadi apapun itu. Intinya jangan menyerah terus berusaha dan terus berdo’a. Keep spirit and positive thingking.


* Agfa Aurikha, merupakan mahasiswi Gemasastrin angkatan 2013.

Read more…

Kamis, 24 April 2014

Puisi-Puisi Nazar Shah Alam





NISAN


Ke haribaanmu. di mana peluk lusuh
dan cium keluh bertemu, kularung
alir sungai duka. Sebab pencarian yang
tiada kunjung bermuara
telah mematikan berjuta-juta kemungkinan baik
Dan aku, aku si sunyi yang menatap rindu beranak-pinak
tanpa bisa sekalipun membentak

Kamu katakan padaku akan kembali
suatu ketika di mana sunyi akut dan
erang takut lindap di sukmaku. Sebab kesendirian
telah merenggut kenangan demi kenangan dari
buku catatan yang pernah kita tulis bersama. dirobeknya
hingga yang tersisa hanyalah ingatan di kepalaku
yang semakin banyak alpa
aku mencari-cari bentuk rupamu:
lamat-lamat menjadi bayang dan jauh

Kemudian kamu datang dan berdiri
tepat di kepalaku. Kau bacakan mantra-mantra
kehilangan dan berulangkali menangis
meminta aku kembali pada Tuhan yang hanya diam
dan mengabulkan kutuk atas dirimu sendiri
menjadi kata dalam puisi paling sepi

Osra, 7 September 2013


Jendela

Sebab telah Tuhan titipkan tangan-tangan di punggung rapat jeruji jendela
kabut tipis awan pertama menjulur padamu dengan isyarat guntur
serupa degup jantung kekasih kali pertama kau rekatkan telingamu di dadanya

tangan-tangan itu menggapai dan kelak kita namakan ia takdir
dari Arsy. Kau khawatir menerima sejulur tangan dan gidik menyergap
tubuh latamu tanpa hijab: tanpa bisa kau tentukan

"Jika Tuhan takdirkan terbang, terbanglah engkau, aduhai!"
buka jendela itu sehingga tangan-tangan yang menggapai
dengan mudah mengenali sayap-sayap muda yang jua mesti ke sana

"Jika Tuhan takdirkan urung, urunglah terbangmu, aduhai!"
barangkali jendela itu bukanlah takdir baik untuk kita
dan kamu harus mengulang cari jendela baru untuk mengabarkan kegelisahan kotamu

takdirmu telah ditentukan di Arsy sebelum ruh ditiupkan ke rahim ibu
namun barangkali baru dilafalkan Tuhan melalui lisan terpilih
agar lebih siap kau rentangkan sayap atau sembunyikan ia lagi hari ini

KJ, 22 April 2014
*Nazar Shah Alam, merupakan peternak ayam potong di kawasan Mauro Raya

Read more…