Kamis, 27 Juni 2013

Apa Yang Tersisa dari Persahabatan?


Karya: Rizkha Dara Fonna

Plak! Aku terjatuh dari tempat tidurku, aku ingat bahwa saat itu aku sedang bermimpi sesuatu yang tidak bisa kurangkai dengan baik. Aku melihat jam, sudah menunjukkan pukul 07.30 WIB. Celaka, aku sudah terlambat ke sekolah, tanpa berpikir panjang  langsung saja aku bangkit dari lantai dan langsung bergegas ke kamar mandi. Ketika selesai mandi kupakai baju seragam dan urung sarapan pagi. Setelah semuanya selesai kusempatkan diri mencium tangan orang tuaku dan langsung bergegas ke sekolah.

***

Untung saja ketika sampai di depan sekolah pintu pagar belum ditutup dan aku berlari menuju ruang kelas. Untung saja ketika sampai di ruang kelas, belum ada guru yang masuk. Aku duduk di bangku biasa. Sahabat-sahabatku menyapa dengan lembut dan ramah dan aku pun demikian.

Di sekolah aku mempunyai beberapa orang sahabat, mereka bernama Rina, Reka, Geby, dan Yuni. Rasanya semenjak aku sekolah di sini belum pernah aku mendapatkan sahabat sebaik mereka. Sahabat yang selalu ada di setiap saat untukku. Hari-hariku di sekolah kuhabiskan dengan bercanda tawa dengan sahabat-sahabatku. Kadang senang, sedih, marah, kecewa kami lalui bersama-sama dengan penuh kesabaran dan pengertian. Aku sayang mereka.

***

Bel berbunyi pertanda masuk kelas, dan ketika itu kebetulan pelajaran Matematika. Huff...pelajaran yang membosankan bagi setiap orang di sini, tapi menyenangkan bagi aku dan sahabat-sahabatku. Seperti biasanya sebelum diberi latihan, guru Matematika tersebut menjelaskan materi. Setelah itu seperti biasanya kami mencatat dan selesai mencatat guru tersebut memberi kami latihan. Dengan senang hati aku dan sahabat-sahabatku mengerjakan latihan tersebut. Kami mengerjakan latihannya tidak sendiri, melainkan kerja sama, karena menurut kami itu lebih mudah.

***

Waktu berjalan begitu cepat. Tanpa terasa pagi berganti dengan malam yang indah. Malam yang dihiasi dengan beribu-ribu bintang yang berkelap-kelip dan bulan memberi cahaya penerang ketika malam tiba. Seperti biasanya ketika malam tiba aku mengaji di balai yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Pulang mengaji aku belajar pelajaran yang akan dipelajari besok. Ketika selesai belajar kusempatkan diri menanyakan kabar sahabat-sahabatku di sekolah. Ya, walaupun tadi di sekolah sudah jumpa tapi ketika malam kami selalu menanyakan kabar antara satu dan yang lain. Baru setelahnya aku tidur.

***

Beruntung hari ini aku tidak terlambat lagi bangun tidur. Ya, seperti biasanya setelah bangun tidur langsung mandi, terus menggunakan pakaian seragam, sarapan mencium tangan ibu dan langsung ke sekolah.

Bel berbunyi penanda pelajaran telah selesai. Seperti biasanya ketika jam istirahat aku dan sahabat-sahabatku duduk di bangku depan kelas. Ketika sedang asik-asik bercanda tiba-tiba Rina berkata,“sob, kita ini kan sudah lama bersahabat, bagaimana kalau kita buat nama R3GY?”

“R3GY apaan tu?” tanyaku

“R3GY itu singkatan dari nama kita,  Rina, Risna Reka, Gaby dan Yuni,” jawab Yuni

“aku setuju,” sahut Geby.

***

Bel berbunyi dua kali penanda jam istirahat. Aku, Reka dan Yuni pergi ke kantin sedang Rina dan Geby tunggu di dalam kelas. Kebetulan Rina dan Gaby sedang malas ke kantin dan mereka hanya menitipkan beberapa cemilan.

Selesai membeli cemilan, aku Reka dan Yuni kembali ke kelas. Ketika sampai di kelas tiba-tiba Geby menertawakan Reka. Reka penasaran kenapa Geby menertawakan dia.

“Kenapa, Geb?” tanya Reka

“Aku menertawakanmu kerena aku lucu saja melihatmu yang masih menyimpan perasaan kepada mantanmu itu. Padahal dia sudah menyakitimu dan memutuskan kamu tanpa sebab dan akibat yang pasti” jawab Geby

“Dari mana kamu tahu itu semua, Geb?” tanya Reka dengan penasaran

“Ya, aku tahu. Tadi tanpa sengaja aku melihat buku yang ada di dalam tasmu. Penasaran, aku mengambil dan membacanya. Ternyata buku itu buku harianmu,” jawab Geby

“Lancang kamu, Geb. Kenapa kamu mengambilnya tanpa minta izin dariku?” Reka memasang wajah marah

“Ya, aku penasaran dengan buku itu, makanya aku membacanya. Lagi pula itu kan kecerobohanmu taruh buku harian di sembarangan tempat” jelas Geby

Plak! Tangan Reka melayang ke pipi Geby. Aku dan Yuni terkejut melihat tangan Reka melayang bebas ke pipi Geby.

Keadaan berubah menjadi sunyi. Hanya tangisan Geby yang terdengar setelah Reka menamparnya. Geby keluar kelas meninggalkan kami semua. Aku mengikutinya dan coba menenanginya.

“Seumur hidup aku belum pernah ditampar, Ris. Mamaku saja tak pernah menamparku,” Geby bercerita dengan sedih

“Aku keluar dari R3GY” lanjut Geby

“Apa? Pliss, jangan keluar dari persahabatan ini, Geb. Persahabatan ini sudah lama kita bangun. Aku mohon jangan keluar ya, Geb?” pintaku

“Tidak, Ris. Aku terlanjur sakit hati kepada Reka”

“Tapi, bukan begini jalan keluarnya, Geb”

“Ris, keputusanku sudah bulat.”

Aku hanya bisa diam dan tidak tahu harus berbuat apa lagi.

***

Setelah kejadian itu, persahabatan R3GY hancur. Yang tersisa hanyalah beling-beling kenangan yang menusuk. Bila mengenangnya, aku merasa tersiksa. Persahabatan itu dulu sangat dibanggakan dan pecah hanya sebab hal yang semestinya bisa diselesaikan dengan tenang.

Tak ada lagi keceriaan yang menyelimuti di setiap kesedihan, semuanya telah hilang. Aku sangat menyesal dengan kejadian itu dan keputusan Geby. Namun, kekesalan atas sikap mereka telah mengambil banyak dari cinta dan kebanggaan itu. Aku tidak bisa melakukan apa-apa dan tidak akan melakukan usaha apa pun lagi demi bersatunya kami. Ini telah terlanjur terjadi.

Kini hari-hariku di sekolah kujalani tanpa persahabatan R3GY. Hanya gara-gara seorang yang berbuat kesalahan semuanya jadi hancur. Selamat tinggal R3GY. Kenangan ini pelan-pelan akan kulupakan dan sebagiannya sudah.


Rizkha Dara Fonna merupakan siswa kelas  VIII SMP PKPU Aceh Besar dan anggota Teater SMP PKPU

Read more…

Selasa, 25 Juni 2013

EMAIL

Karya: Cut Eva Syamsoeddin Putri


Malam kian larut, jangkrik bersenandung dengan irama sendu terdengar di telingaku. Kecebong pun tak mau mengalah, entah mereka mengadu suara atau mereka meluapkan kebahagiannya karena gerimis mulai menitikkan butir kebeningan  di kolam tempat peraduan mereka. Di luar langit mendung seirama dengan hatiku dalam seminggu ini. Kulirik jam dinding di pojok kamar, jarum jam menunjuk pukul 23.30, namun kantuk tak sedikit pun menghampiri bola mataku yang sembab dan sesekali mataku menitikkan beberapa lelehan kristal dari kedua bola mataku.

Read more…

Sabtu, 22 Juni 2013

Puisi-Puisi Muhammad Takbir Ramadhana



SANDIWARA PALSU

Karya: Muhammad Takbir Ramadhana

Kemarin
Terdengar sebuah kisah pilu
Dengan hempasan dedaunan
Melewati langkah kaki kecil itu

Angin berderu
Seakan langit ingin runtuh
Isak tangis tersedu-sedu
Seakan waktu telah punah

Ilusi macam apa ini
Hipnotis apa serendah ini
Tak dapat berkutik
Jantung pun tak berdetak

Kini tak ada lagi mimpi
Tak ada lagi logika
Semuanya telah pergi
Semuanya telah sirna

Esok
Akan ada hari baru
Hari tanpa ludruk
Tanpa sandiwara palsu



SAAT

Saat ajal tak menunggu taubatmu
Saat izrail mencabut nyawamu
Apa yang akan kau lakukan ?

Saat dunia mulai gelap
Saat dunia mulai kiamat
Apa yang akan kau lakukan ?

Saat matahari sejengkal dari kepala
Saat matahari mulai membakar jiwa
Apa yang akan kau lakukan ?

Saat waktu berakhir
Saat Al-Kitab tinggal kertas putih
Apa yang akan kau lakukan ?

Saat engkau tidur dalam gelap sendirian
Saat engkau tidur dalam liang lahat
Apa yang akan kau lakukan ?

Apakah engkau telah beribadah ?
Apakah engkau telah beramal ?
Dimana tabungan pahalamu ?
Mari merenung
Arti hidup


Muhammad Takbir Ramadhana merupakan Mahasiswa S1 Ekonomi Manajemen Unsyiah

Read more…