Sabtu, 23 Juni 2012

Ubat Gampong

Oleh Iqbal Gubey
Ketidakberuntungannya pada dunia menulis, melemparkan Samin ke sebuah toko yang menjual rumuan-ramuan tradisional semacam ubat gampong (obat kampung). Berbagai jenis ramuan gampong tersedia di tempat itu. Mulai dari sakit kepala, keseleo, kemasuan setan hingga obat sakit parah pun ada. Hebatnya lagi, seorang Samin nan polos itu sudah bisa meracik obat yang berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Obat itu ditemukan Samin secara kebetulan saat menunggu pelanggannya datang. Dari pada terkantuk-kantuk, lebih baik meracik obat yang bisa bermanfaat bagi semua orang, pikirnya saat itu. Alih-alih, obat itu bermanfaat untuk semua jenis penyakit.
“Peminat ubat gampong itu dari berbagai kalangan, musabab harganya yang murah manfaat pun terjamin,” cerita Samin pada Soleh. “Lebihnya lagi, ubat gampong tidak mengandung bahan-bahan kimia sedikit pun, Sehingga tak akan menimbulkan efek negatif bagi konsumen.” Tambahnya lagi, “Penyajiannya bermacam-macam, direbus lalu minum airnya, melekatkan ramuan tersebut pada bagian yang sakit, dan juga bisa dijadikan bubuk layaknya menyeduh kopi nantinya”.
Jaman sudah maju, segala teknologi menghidangkan kepraktisan yang tidak menghiraukan efeksamping konsumen. Inilah salah satu sebab terpikir oleh Samin untuk bekerja di tempat ini. Ia sebenarnya merasa sayang kepada orang-orang yang sudah kecanduan/ketergantungan kepada obat modern. Memang cara kerja yang cepat dan praktis. Tetapi jika ditilik dalam-dalam dan dilihat dengan kacamata  kesehatan, itu memang sudah jelas-jelas bahayanya sudah dipaparkan pada kotak kemasan. Walaupun kesembuhannya lebih terbukti pada sebagian obat modern.
Samin bercerita panjang lebar saat hujan itu, Soleh menyimak dengan sangat seksama. ”Lihat saja Leh, saat kita di kampung dulu. Jika bisul menguak pori-pori, bukan salap yang harganya mahal pilihannya, tetapi hanyalah geutah rubek.” Soleh tawa terbahak-bahak saat mendengar cerita Samin. Soleh juga bercerita, “jika kita diare karena kebanyakan makan semangka hanyalah boh meuria inong/geutah pisang penawarnya, bukan Neo Entrostop atau mugkin Nonstop.
Kelangkaan ramuan di hutan salah satu sebab orang lari ke obat modern. Kini tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat itu sulit diperoleh, kelestarian tak lagi terjaga. Samin berpesan kepada Soleh saat hujan  mulai reda, kala masih meninggalkan jejak pada genangan air, sedikit saja tapi. “Leh jika memang sakit yang masih bisa disembuhkan dengan ubat gampong, tak salah mencoba itu dulu. Tetapi jika pilihan memaksa untuk memilih jalan kedua yaitu obat modern, maka pilihlah pilihan yang kedua.”

0 komentar:

Posting Komentar