Sama saja sebenarnya. Ketika seseorang merasakan itu penting dan layak untuk di abadikan. Maka setiap orang, punya cara tersendiri untuk mengabadikan hal yang semacam itu. Zainab misalnya begitu terkesan ketika kepulang Nazar—kekasihnya—dari perantauan setelah 5 tahun yang lalu ia pergi. Mengabadikan moment-moment itu dengan cara menamai malam: malam seribu rindu untuk Nazar. Begitu terkesan di benak Zainab melewati malam dengan kekasihnya di bawah seribu bintang dengan rambulan yang senyum ceria di antara awan gemawan. Sampai tengah malam ia belum pun tidur. Masih saja merenung-renung kejadian-kejadian yang dilewati bersama Nazar. Terkesan betul bagi Zainab pertemuan itu.
Lain lagi dengan Samin. Ia menamai motor bututnya, si Lincah. Mengapa tidak. Hujan, badai, dan topan pun, tetap saja lincah menggeber di jalan untuk ke kampus. Tak pernah kesal Samin dibuatnya. Paling karena lupa mengisi bensin saja. Jadi Samin dengan terpaksa mendorongnya ke pom bensin. Singkat cerita karena Samin merasa motornya itu begitu lincah dan garang makanya dinamai si Lincah.
Di kampung Samin lain lagi kisahnya. Kak Nah yang sudah bertahun-tahun berhajat untuk bisa mendapatkan seorang anak nan bisa melanjutkan keturunannya. Berbagai usaha telah ditempuhnya. Karena telah bosan ke rumah sakit, ia mencoba mencari solusi ke dukun kampung. Bermacam ramuan kampung diracik dan diminum dengan teratur. Tapi sayang seribu sayang. Usahnya tak membuahkan hasil yang maksimal. Sampai pada suatu ketika kala kepulangan orang dari tanah suci. Dan ia bertamu sembari mengucapkan selamat karena telah sampai pulang ke tanah air. Kak Nah dihidangi air zam-zam. Saat itu pula ia berdoa agar dikaruniai seorang anak. Nah singkat cerita, setahun kemudian lahirlah bocah kecil yang dinamai: Agam Phon Na. Mengapa tidak, anak pertamanya yang telah bertahun-tahun dinantikan sosok lelaki. Dan sangat sesuai dengan namanya.
Unik memang, ketika satu dan dua hal yang terkesan langsung diabadikan dalam nama. Pemilihan Nama menjadi pilar penting dalam kehidupan orang Aceh. Di belakang nama tersimpan sejarah besar. Juga Muntazar yang oleh kawan-kawannya dipanggil Nomor. Saban waktu ia bersama nomor togel. Ia juga melayani orang-orang yang ingin menafsirkan mimpi ke dalam angka/nomor togel. Dengan mimpi bisa menghasilkan angka yang jitu, katanya. Sebab itulah ia disematkan nama panggilan Nomor.
Begitulah, apapun namanya tak boleh dianggap sepele. Tak baik direndahkan. Karena sesuatu yang mengandung dibalik itu semua begitu terkesan bagi empunya nama. Nama akan selalu mengingatkan pada kejadian atau peristiwa yang terlewat itu. Selalu saja dikenang. Tetap saja terkesan karena telah dilekatkan pada batin manusia dengan cara menamai. Bisa jadi nama itu terus saja disebut-sebut walau orangnya telah tiada. Tentunya dengan kebajikannya. Pun nama tak berpengaruh pada baik atau tidaknya seseorang. Jika ia beniat baik maka tetap saja baik.
0 komentar:
Posting Komentar