Jumat, 22 Juni 2012

Beleun Puasa

Oleh Iqbal Gubey
 
Bulan ramadhan atau sering disebut dengan beleun puasa (bulan puasa) hampir tiba. Masyarakat islam, khususnya Aceh sedang mengemas diri untuk menyambut datangnya bulan penuh magfirah. Semua orang mempercepat perkerjaannya supaya saat bulan puasa tiba bisa beristirahat dan ibadat. Lihat saja Samin, memilih pulang kampung untuk dapat menikmati berbuka dan sahur serta terawih bersama keluarga. Ia rela meninggalkan usaha obat kampungnya di perantauan.
Sebagian orang, menjelang bulan puasa banyak pekerjaan sudah ia selesaikan. Seperti Chik Maun yang sudah sebulan lalu menyelesaikan sawah garapannya. Nek Minah  juga telah menumbuk tepung ketan untuk membuat timphan, timphan balon, boh meucot/boh rom-rom, kueh sumprit, haluwa dan lain-lain. Makanan itu lebih mendominasi di meja makan pada saat bulan puasa.
Lain dengan Samin, Chik Maun, dan Nek Minah. Apa Kasem sudah lebih gesit dari pada mereka. Beliau telah menyangkul kebun untuk menanam mentimun tiga bulan yang lalu. Berbuka puasa belum lengkap jika tidak ada mentimun dan nilai jualnya pun naik drastis. Kegigihan Apa Kasem itu juga ditiru oleh para pegawai kantoran untuk menyelasaikan tugasnya sebelum bulan puasa. Mereka bisa bersantai bekerja saat bulan suci ramadhan.
Dek Manyak mempunyai cara sendiri menjelang bulan puasa. Dia justru berdatangan kekampung-kampung/lampoh-lampoh untuk memantua kelapa muda. Hampir seribu kelapa muda dibeli dari pemilik untuk dibawa kepada penjual kelapa muda di pinggiran jalan. Ia memanfaatkan momen ini untuk menjadi agen kelapa muda.
Bagi pedagang seperti Dolah, menjadi kualahan dalam menjaga keseimbangan harga barang. Memang sudah menjadi tradisi di negeri ini, jika bulan puasa menjelang harga barang naik. Padahal itu membawa mudarat bagi semua orang. Seperti Kak Aisyah yang selalu berjualan kue basah untuk puasa dan kue kering untuk lebaran. Ia terpaksa menaikkan harga, salah satu sebabnya karena telur yang dulunya ia beli dengan harga standar tetapi sekarang naik 50 persen. Dalam menyikapi hal ini Samin berperasangka sendiri. Apakah harga barang tidak mendapatkan rahmat saat menjelang bulan puasa? Mengapa selalu naik, Samin dilanda kebingungan.

0 komentar:

Posting Komentar