Samin kelihatannya tak begitu bersemangat belajar hari ini. Dari tadi ia duduk termenung sendirian tepatnya di pojok kelas. Sepertinya ia sedang digauli masalah. Hadirnya hari ini sungguh tak sempurna, hanya jasad yang tampak tetapi ruh masih tinggal di pulau antah berantah. Semestinya ia lebih bergairah, musabab janji sudah duluan diikatkan dengan dosennya untuk memaparkan hasil penelitian. Tapi apa hendak dikata, ini memang sudah pada garisnya.
Selepas perkuliahan, Samin pulang lebih cepat. Sesampai di rumah ia masih terbayang dengan fitnah itu. Bagaimana kalau kujumpai saja Khatijah dan menjelaskan yang sebenarnya? Pikirnya. Sekalian meminta kepadanya agar bisa berjumpa dengan orang yang memelintirkan dan menyebarluaskan berita yang tidak benar itu, sehingga bisa diluruskan sama-sama. Tak bisa dibiarkan saja, karena Khatijah adalah satu-satu kolegaku.
Seingat Samin, ia hanya mendoakan Khatijah agar mendapatkan juara satu saat mengikuti lomba busana muslim. Mengapa hal yang sebaliknya tersiar ke Khatijah dan beberapa orang lain, sehingga terjadi konflik antara mereka berdua. Apa memang bahasa yang digunakannya terlalu intelek atau ada unsur kesengajaan mengadudombakan agar pertemanan yang telah lama dirajut itu hancur. Inilah sebagian manusia tak lagi mengejawantahkan sikap kedewasanya dalam melakukan/menyikapi sesuatu. Tidak memikirkan efek yang timbul selanjutnya.
Hari demi hari terlewati, rasa itu semakin membengkak. Perasaan kelasah-kelusuh membalut seluruh jiwa Samin. Khatijah tak lagi menghadiahkan senyum pada Samin saat berpaspasan. Pikir Samin, masalah semakin parah. Aku harus duduk empat mata denganya dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ini hanya sebuah fitnah belaka. Doa yang dikirimkan supaya memenangi lomba busana muslim. Eh, malah dibilang, mendoakan Khatijah agar terpeleset saat jalan di panggung peragaan busana muslim dan otomatis akan kalah. Sungguh sangat jauh melenceng dari argumen sebenarnya. Ingin sekali ku kenal pendekar silat lidah itu.
Di pelataran kampus, mereka berjumpa secara tidak sengaja. Samin lagaknya aktor film india memberhentikan Khatijah secara tiba-tiba dan menanyakan tentang fitnah itu. Dengan santai dan tak mau ambil pusing Khatijah hanya menjawab, “Ya sudahlah, jangan dipermasalahkan lagi.” Sekejap Khatijah hilang di hadapannya dan berjalan tergesa-gesa ke parkiran. “Mungkin inilah yang dikatakan fitnah lebih kejam dari pembunuhan,” mulut Samin mengeja kalimat itu.
Sebenarnya dalam pembicaraan ini akan sangat besar kemungkinan terjadi fitnah. Memang tidak sama seutuhnya seperti direkam jika disampaikan kembali oleh orang yang berbeda. Maka bila informasi yang didengar/terdengar kurang jelas tergambar diingatan, jangan sesekali menyampaikannya kepada orang lain.
Haruslah waspada dan hati-hati terhadap fitnah serta adu domba, juga terhadap orang yang suka memfitnah dan mengadudombakan orang lain. Karena mereka tergolong kepada orang-orang yang munafik, kufur ni’mat dan berpotensi menjadi pengkhianat. Yakinlah orang yang suka memfitnah dan mengadudombakan orang lain akan mendapatkan siksa/azap yang sangat pedih, baik di dunia maupun di akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar