Minggu, 09 Desember 2012

Gadis Jelmaan



Karya Rahmat Kembali Rohadi

Seolah aku berada pada dua tahun yang lalu. Hidup penuh warna-warni cinta, dan kebahagiaan yang tiada tara. Bertemankan para pemimpi, serta taman hati diisi oleh bunga jelita jelmaan itu. Ini kehidupan baruku, bagai jiplakan hidup di masa lalu.

Pilu menjauh, resah berjarak, dan duka menghilang dari dekapan jiwa. Aku tak lagi berselimutkan sepi. Semangat menciptakan masa depan yang cerah, menendangku untuk bergerak melawan kemalasan. Cita dan cinta murni, datang kembali menemani hariku. Dengan sepenggal keinginan, aku menjadi lebih gigih menjamu peluang kesuksesan.

Perpisahan demi perpisahan dengan gadis yang kucintai, telah merobohkan segala mimpi. Kisah demi kisah pilu itu, merupakan kutu pengganggu ketentramanku berpikir. Lebih lagi maut yang memaksa, bukan sekedar berganti status saja, tapi pergi dari dunia untuk selamanya. Dan kala itu, aku bak meraba dalam kelam.

Hari ini segala dan segalanya berubah. Awan hitam yang mengulum pandangku, sirna. Bebatuan besar yang mengunci langkahku untuk maju, semua terpental jauh-jauh. Angin malam yang memagut kemalasan di tubuh, kini berganti menjadi pagutan motivasi yang teramat sangat. Semua itu merupakan buah dari pertemuanku dengan gadis jelmaan itu.
***
Empat hari sebelum berjumpa hari ini, seorang gadis berkulit putih terlihat menawan. Lama aku memperhatikannya. Lelah mengingat, letih mengenang, dan lama berpikir tentang wajah dan sifat gadis itu. Seakan aku mengenal, tapi kapan? Dia memang sudah berkenalan denganku beberapa waktu lalu. Tapi, saat itu aku bukan melihat dirinya, namun ada sosok seseorang lain dalam dirinya. Namun, siapa?

Demikian lamat-lamat aku memandangnya, semakin mendalam penasaranku. Dengan semburan senyumnya, dengan keramahannya, dan dengan kecantikan yang meronanya, aku merindu. Tapi, aku tak tahu pada siapa aku merindu.

Gadis itu pergi. Dia tak ada lagi di dekatku. Katanya padaku, hanya sekejab saja. Pun begitu, dirinya menyatu dengan pikirku.

Siapa dia? Darimana dia? Dan apa pula tujuannya malam itu? Aku sudah tahu. Akan tetapi, dia tetap parasit untuk konsentrasiku. Lalu, kenapa denganku? Mungkinkah aku jatuh cinta padanya? Entahlah.

Aku tidak mencintainya. Dia temanku, dia milik temanku, dan aku hanya ingin menjadikannya sebagai temanku. Namun, kenapa dia menghantuiku? Apakah aku harus menjadi pagar yang makan tanaman?
Setengah jam lebih bayangnya terpatri. Cara demi cara kulakukan untuk melenyapkan, sayangnya aku gagal. Erat sangat dirinya melekat di benakku.

Dia kembali. Dari kejauhan senyumnya memancar bagai manisan madu. Lenggang lenggoknya mengingatkanku pada seseorang. Ya, seseorang gadisku dulu, gadis yang dipisahkan Tuhan sebab kerinduan_Nya, dan Tuhan ingin melepaskan gadisku dari lilitan marabahaya dosa.

Ternyata dia membawa gadisku dalam dirinya. Aku baru menyadarinya. Pantas saja tingkah dan ulahku berbeda. Sebab dia jelmaan gadis yang sangat kucintai. Sudah lama aku merindu, dan rinduku tak bertepi.

Kini dia di dekatku, tepat di depanku. Aku tak sanggup lagi menantang dua bola matanya. Rasa malu, bahagia, dan ceria, berbaur menjadi keraguan. Namun, dia terus memandangku. Matanya tiada berkedip, dan senyumnya jua tak henti. Aku gerogi. Aku malu, bahkan sangat malu.

Tiba-tiba, seorang lelaki menghampirinya. Lelaki itu membawa gadis jelmaan bersama dirinya. Aku bingung. Dia adalah pacar temanku, dan lelaki itu..? Bukan, lelaki itu bukan temanku. Ah, mungkin lelaki itu adalah selingkuhannya, atau apalah. Aku tak peduli. Yang kutahu, aku mencintai bayang yang ada dalam dirinya, bukan dia.

Sejak itu, aku lebih sering berkomunikasi dengannya. Dia menceritakan banyak hal tentang dirinya. Mulai dari cerita asmaranya, cerita keluarganya dan cerita tentang perkuliahannya. Aku juga melakukan hal yang sama.

Dari ceritanya, aku mengetahui bahwa gadis jelmaan itu bukan lagi milik temanku. Mereka sudah berpisah tiga bulan yang lalu. Perbedaan budaya, adat dan latar, mengharuskan mereka untuk mengakhiri hubungan. Dan dengan sergap dan cepat, aku menyambut dirinya sebagai permaisuriku.
***
Semangatku telah pulang. Bersebab dirinya yang menjelma bayangan seseorang. Bayang itu adalah bayang gadis yang pernah kusayang. Dua tahun lalu, gadisku yang malang telah pergi untuk selamanya dari jangkauan pandang. Lalu, dia kembali pulang  berbentuk bayang pada diri seorang yang sedang kusayang.

Mulanya hanya ingin menikmati bayang yang ada dalam dirinya. Akan tetapi, seiring perputaran waktu, niatku berubah. Aku mencintainya. Ya, aku mencintai dirinya, bukan pada bayangan itu lagi.

Dia memberontak. Dia cemburu. Dia juga menangis. Dia kecewa sebab aku bukan mencintai dirinya. Berulang kali kujelaskan, tapi hanya berbuahkan hampa. Lalu, kutulis beberapa kalimat di secarik kertas, dan kukirimkan padanya.

Aku ingin mencintaimu
Seperti aku mencintainya di dua tahun lalu
Seperti malam membutuhkan bulan
Seperti siang ditemani mentari

Jangan kau cemburu
Kau dan dia adalah sama-sama kusayang
Akan tetapi
Kau sekarang, dan kelak sampai akan datang
Dan dia,
Dia hanyalah kenangan yang tak akan pernah terulang

Andai kau masih cemburu padanya
Cemburulah pada dirimu
Sebab aku mencintai dirimu karena dirinya, dan dirinya adalah kamu

Rawasakti, 8 Desember 2012

0 komentar:

Posting Komentar