Jumat, 07 Desember 2012

Di Piasan Seni


Bukan Canai Mamak

karya Cut Atthahirah
Adakah kalimat yang lebih takzim dari ''Subhanallah''? Piasan Seni kukira telah menjadi air yang mengisi kerongkongan kering seniman Aceh khususnya. Semua seolah berbaur menjadi sebuah warna yang bergradasi menjadi putih atau sebaliknya. Mungkin. Ah, yang jelas aku cukup menikmati pemandangan wajah-wajah pias cahaya berpeluh dari saudara-saudaraku di acara ini. Khususnya di Stan Sastra. Lebih khusus lagi, KJ. Ya. Pias cahaya berpeluh itu tak dapat menutupi kelelahan fisiknya, namun juga membuat aku ragu apakah mereka pernah mengeluh. Semua terlihat bagai mozaik yang memancarkan semangat tiada akhir. Ya! Empat jempol untuk kalian semua.

Nah! Big thanks untuk penyelenggara acara ini tentunya. Kalian cukup apresiatif kupikir. Musababnya, sekali lagi. Amat jarang ada lembaga/instansi/lainnya yang mengusung acara seni jangka panjang yang menghimpun beberapa komunitas/lembaga seperti ini. Waw! I like it so! Kapan lagi, bukan?

Bye the way, aku ingat. Malam pertama menjadi kesan menarik, tentunya setelah beberapa masa saudara-saudara KJ-ku menghabiskan waktu merakit mimpi untuk Piasan Seni. Kita semua (kuharap) tak main-main (terharu bila mengingat ini) . Eh, ternyata, perkiraanku meleset. Malam pertama bukanlah malam terindah sepanjang musim Piasan Seni Banda Aceh lalu. Dapat kukatakan ini setelah mendengar celoteh teman-teman non-KJ-ku berkisah. Ada banyak pertunjukan dan atraksi yang terlewatkan! Termasuk ketika malam pembacaan puisi dengan iringan gitar di stan kami. Oh! Intinya, aku menyesal karena hanya beberapa kali waktu bersamamu. Hopefully, it will be back in the next year! Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar