Hanya Debu Melepas Rindu
Barangkali ini cara melepas rindu
setelah semusim memintal gelisah
pada pengembaraan masing-masing
“Kau sedang mabok tarian cinta,
sedang aku masih membangun rumah
dalam senyap cahaya”
II
Barangkali ini cara melepas rindu
beku dalam hening sebelum malam
selain angin menampar-nampar rerumputan
mencatat segala resah memaknai perjalanan pulang
“Bukan waktu membuat kelu,
tapi kenyataan membuat segala ada”
III
Barangkali ini cara melepas rindu
semacam kisah pejalan malam di persimpangan
sepakat tanpa kata
sementara kebisuan membelenggu sunyi
“Tak ada kata, tak ada cinta
selain kita yang menghamba,
kita yang merindu”
IV
Barangkali ini cara melepas rindu
diam-diam menggenggam janji
menenteng gundah sepanjang musim
sambil mengeja waktu
kelak bertemu pada sesuatu
“Hanya debu tak lebih dari itu
begitulah kau menyebut aku”
Taman Budaya Banda Aceh, 2009
Izinkan Aku Mendekapmu Cinta
Biar duri tak lagi menjelma mawar
hingga dahan tubuhku rapuh
luluh dalam dekapan purba
kelopak terhempas lepas
berayun ditimpa angin senja
dingin dan pucat
masih pantaskah kusebut cinta
Biar duri tak lagi menjelma mawar
seperti burung-burung kehilangan gaduh
kepak sayap merayap-rayap
senyap mengantar malam
masih pantaskah kusebut cinta
Biar duri
Biar mawar
Ijinkan aku mendekapmu Cinta
Banda Aceh, 2013
* Budi Arianto: Penyair tinggal di Ceureh, Ulee Kareng, Banda Aceh. Tercatat sebagai staf pengajar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unsyiah Banda Aceh, menyelesaikan studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pasca Sarjana, UGM Yogyakarta. Beberapa sajaknya dipublikasikan dalam berbagai media. Sajak-sajaknya terangkum dalam L.K. Ara, Taufik Ismail, dan Hasyim KS (ed.) Seulawah: Antologi Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995), Aceh dalam Puisi (2003). Email: jkma.budi@gmail.com, budi_art@yahoo.com.
Biar duri tak lagi menjelma mawar
hingga dahan tubuhku rapuh
luluh dalam dekapan purba
kelopak terhempas lepas
berayun ditimpa angin senja
dingin dan pucat
masih pantaskah kusebut cinta
Biar duri tak lagi menjelma mawar
seperti burung-burung kehilangan gaduh
kepak sayap merayap-rayap
senyap mengantar malam
masih pantaskah kusebut cinta
Biar duri
Biar mawar
Ijinkan aku mendekapmu Cinta
Banda Aceh, 2013
* Budi Arianto: Penyair tinggal di Ceureh, Ulee Kareng, Banda Aceh. Tercatat sebagai staf pengajar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unsyiah Banda Aceh, menyelesaikan studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pasca Sarjana, UGM Yogyakarta. Beberapa sajaknya dipublikasikan dalam berbagai media. Sajak-sajaknya terangkum dalam L.K. Ara, Taufik Ismail, dan Hasyim KS (ed.) Seulawah: Antologi Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995), Aceh dalam Puisi (2003). Email: jkma.budi@gmail.com, budi_art@yahoo.com.
Sumber: http://aceh.tribunnews.com/m/index.php/2013/05/05/hanya-debu-melepas-rindu
0 komentar:
Posting Komentar