Bunyi “tlik” dari Facebook memecahkan konsentrasiku pada
sebuah lagu sendu yang sedang kudengarkan. Rasanya seperti sedang duduk
berpacaran, lalu di panggili oleh orang tua si pacar. Begitulah kira-kira. Lantas
apa yang di lakukan banyak orang ketika sesuatu mengganggu keasyikannya?
Mencaci maki, itulah yang aku lakukan saat itu. Cacian yang tak lain adalah
menyebut isi dalam rok ibu.
Sekeliling dari tempat kududuk yang mendengarkan ucapan itu menatap
segera. Ada yang marah, gelisah, gembira, dan ada juga yang menyuruh mengulang
lagi ucapan itu. Aku tertawa ringan.
Aku buka wall Facebook, ada sebuah permintaan pertemanan.
Kalau cewek cantik pasti segera kukonfirmasi. Tapi kalau cewek jelek, aku
abaikan saja. Setelah aku teliti, ternyata cantik. Tetapi fotonya hanya satu,
tapi tak apa, benakku. Aku konfirmasi saja. Oleh karena aku orang alay, jadi
segala sesuatu yang terjadi aku tuliskan di status facebook. Isinya begini:
Dpat p’mintaan p’temanan dr
CEWEK CANTIK...... yuhuuuuuu!!!!!!!!!
5 detik pertama, Harimau Pagi menyukai, hingga menit pertama
15 sukai menyelinap di bagian suka. Senang bukan main. Tetapi kesenangan itu
hanya sesaat setelah melihat akun Facebook
seorang dosen mengomentari.
“Presentasi besok udah bisa kuasai bahan, kan?”
Denyut jantung berdetak bukan main, kepala mulai menjalar ke
seribu jalan untuk membalas komentar tersebut. Dalam hatiku, besok pasti akan
diceramahi habis-habisan. Sebab jangankan kuasai bahan, tahu bahannya saja tidak.
Tak mungkin jika aku bahas tentang permintaan pertemanan. Jalan terakhir, aku
hapus saja status itu. Masalah selesai. Lega menghinggap lagi.
Sepuluh menit berlalu begitu saja, hanya pada putaran
beranda dan profil. Sesekali kulihat pemberitahuan Twitter. Lumayan, sudah 78 followers. Daripada kawanku, sudah dua
tahun bikin akun, followers-nya baru 40.
Kebetulan malam sudah larut dan keramaian mulai susut. Aku
pindah ke meja sudut. Di sana aku duduk dengan santai, dengan menghisap nikmat
sebatang cerutu. Mata mulai menjalar, melihat sisi kiri-kanan, depan-belakang.
Aman ternyata. Hal yang sering kulakukan sebagai seorang anak alay saat berada
di depan komputer, yang di fasilitasi wifi
dan dibantu oleh suasana yaitu membuka situs porno.
Badan mulai panas dingin apabila membuka situs itu, mata
sering melirik sekeliling. Bosan dengan lokal, luar juga banyak. Sedang enak
menonton, diganggu lagi oleh bunyi “tlik”.
Kuusap muka, kutarik rambut ke belakang, lalu kuhela nafas,
sepanjang-panjangnya. Padahal filmnya sudah hampir di klimaks.
Hal yang sama, permintaan pertemanan lagi. Cantik, aku
konfirmasi lagi. Mikir seribu kali, untuk yang satu ini. Buat status apa tidak.
Melihat dinding obrolan sang dosen masih aktif, biarkan saja terlewati tanpa
status. Sesaat kemudian, keluar di pemberitahuan. Yang meminta pertemanan
tersebut mengirim ke dinding facebook-ku
dengan ucapan,
tq abg kece konfirnya,
salam kenal ea J
Hatiku senang lagi. Aku tutupi jendela lain, biar notebook tidak berjalan lambat. Situs
porno tinggalkan, demi perkenalan baru. Aku tertawa riang. Jemari mulai centil
untuk mengetik papan tombol notebook.
sama2 adx manis, salam
kenal juga
Balasan awal singkat saja, biar tidak terlihat berharap.
Sembari menunggu, dengar lagu jatuh cinta, biar dapat
inspirasi untuk menggombal.
ah abg kece ni, manis
darimananya? Bertemu saja tidak
Kubalas lagi
itu dia masalahnya, bertemu
saja belum. Adx sudah menuaikan aroma manis di pikran abg, apalagi sudah
bertemu. Sekujur tubuh adxx pasti dipenuhi semut. Kwkwkwkwkwkwk :D
Dibalasnya
ah abg ni, bisa aja deh.
Membaca komentar terakhir begitu, masalah mulai menghantui.
Karena jika aku membalas lagi dengan bertanya, takut diduga berharap. Padahal
memang iya. Ku balas saja lagi, biar percakapan tidak putus sampai disitu.
oia nama adx siapa?
Lanjutku pada komentar dinding itu.
Balasannya secepat kilat, seperti memang ingin berkenalan
lebih lanjut. Kesempatan ini, pikirku.
abg ini gimana lu, buta
atau bagaimana? Kan bisa liat sendiri di facebook.
Itu kesempatan bagus untuk mengeluarkan jitu menggombal,
responnya seperti magnet utara dengan selatan.
sebenarnya abg tidak buta
dx, tapi malam adx telah membutakan hati abg untuk tidak melihat yang lain.
Hahahahahah. Tapi nama adx kenapa aku yang selalu ada untukmu?
Nampaknya dia senang.
mulai deh gombalnya abg ni.
Karena aku akan selalu ada untukmu bg. Hahahahahaha. Emang abg aja yang bisa
ngegombal, adx juga bisa tau.
Aku pula yang senang.
kata orang, kalau kita sama
pandai menggombal, kita jodoh donk
Seperti tadi, dia membalas secepat kilat
emang abg mau berjodoh
dengan adx?
Dengan penuh bahagia kubalas,
bisa menyesal tujuh
keturunan kalau tidak mau berjodoh dengan adx.
Sampai juga aku pada titik kejenuhan, menunggu komentar balasan, yang ditunggu-tunggu tak
datang-datang. Setengah berputar pada beranda dan profil, tak ada pemberitahuan
komentar juga. Buka profilnya, facebooknya masih aktif. Mau colek di statusnya,
tapi tak ada status. Aku like saja fotonya yang hanya satu. Tak ada respon
juga.
Kopi di meja sudah habis, cerutu tinggal sebatang lagi.
Melihat layar tv, Arsenal menang melayan Liverpool. Panggilan alam membuat aku
meranjak ke kamar mandi. Hal yang paling enak untuk merenung bahagia adalah di
kamar mandi, apabila sedang di hadapkan kasmaran di warung kopi. Hingga wangi
tak sedap tak terasa pun.
Lima belas menit berada di kamar mandi, 15 detik dalam
perjalan dari kamar mandi ke meja. Belum sempat aku sampai ke meja, terasa
handphone bergetar di saku celana, ku lihat di layar tertulis sebuah pesan dari
“my love”. Ditulisnya...
Keren ya komentarnya, salut
aku sama kamu. Benar kata kawan-kawan aku, kamu itu memang bangsat. Fuck.
Kugaruk kepala sejadi-jadinya. Perutku mulas lagi, aku harus
kembali lagi ke kamar mandi.
Banda Aceh, 14 September
2013
Ichsan
Mantovani, pegiat di Teater Gemasastrin dan lelaki yang terus mencari cinta.