Selasa, 25 Juni 2013

EMAIL

Karya: Cut Eva Syamsoeddin Putri


Malam kian larut, jangkrik bersenandung dengan irama sendu terdengar di telingaku. Kecebong pun tak mau mengalah, entah mereka mengadu suara atau mereka meluapkan kebahagiannya karena gerimis mulai menitikkan butir kebeningan  di kolam tempat peraduan mereka. Di luar langit mendung seirama dengan hatiku dalam seminggu ini. Kulirik jam dinding di pojok kamar, jarum jam menunjuk pukul 23.30, namun kantuk tak sedikit pun menghampiri bola mataku yang sembab dan sesekali mataku menitikkan beberapa lelehan kristal dari kedua bola mataku.


Seperti biasanya, seusai tugas-tugas kuliah, sedikit waktu aku sita untuk membuka facebook dan mengecek email. Mungkin dua pekan ini tak seperti biasanya, jika sebelumnya aku membuka facebook hanya untuk chatingan bersama Umara, kekasihku, namun dua pekan ini tidak, aku membuka facebook hanya untuk melihat album fotonya saja, sambil kubuka kartu kenangan bersamanya di memori yang belum usang ini, dan kutumpahkah air mata sehabisnya, mungkin jika saja kugali sebuah danau kecil, air mataku cukup untuk mengisinya.

Satu persatu album fotonya kubuka, lembar perlembar fotonya kulihat sedikit jelas dengan mata berkaca- kaca. Tujuh menit berlalu, ku buka lagi album foto Umara bersamaku. Hati pun merindu syahdu padanya. Indah betul kala itu, menarikan ingatanku ketika bersamanya, kenangan indah dalam nyanyian masa depan dengannya terapung di lautan fikiranku. Namun sayang, bungkusan kasih sayang yang selalu terkemas dengan senyum yang ia berikan padaku, tak lama lagi akan memfosil dalam gigil kalbu. Langit hidupku seakan hitam jelaga kini. Nyanyian masa depan bersamanya sudah tak berlirik, kosong. Singasana harapan masa depan yang kami bangun dua tahun lalu itu pun telah roboh dan hancur bersama kepergian Umara.

Dua Puluh menit sudah kuhabiskan waktu untuk membuka album foto itu sambil menyelam dalam lautan kenangan indah bersama Umara. Aku memutuskan untuk menutup lembaran foto kenangan. Telah banyak airmata tumpah dan rindu semakin membuncah.

Aku menyisakan waktu untuk membuka email sebelum kesedihan kubawa dalam peraduan. Aku membuka pesan masuk yang tidak tahu siapa pengirimnya.

“ Sayang, Abang telah sampai tujuan. Abang merindukanmu sayang. Setiba abang di kamar ini, ternyata di sini ada disediakan komputer, di sini juga full wifi sayang, jadi kita tak perlu cemas, meskipun kita berjauhan, maka kita bisa selalu chatingan bersama, dan bersabarlah sayang  tak lama lagi abang akan menjemputmu.

Darah berhenti mengalir, detak jantung semakin kencang, mata berkaca- kaca melotot tanpa kedipan. Aku membeku di depan komputer miniku, Hatiku sungguh belum bisa menerima kenyataan adanya pesan tersebut. Mustahil ku bisa percaya pesan itu dari Umara, Kecelakaan telah merenggut nyawanya seminggu menjelang ia disematkan gelar Master Sainsnya. Meskipun telah sepekan Umara pergi, aku masih belum bisa menerima kenyataan tersebut, Bagaimana tidak, dua tahun sudah aku menjalin kasih bersamanya.

Aku terpaku dalam beku, Tapi aku juga mulai berfikir, apa mungkin ini pertanda Umara akan menjemputku, sembari terlintas seuntai janji Umara padaku, ketika Ia dapatkan gelar Master Sainsnya, maka ia akan mempersunting bidadari hatinya . “mungkin ini bertanda ajalku kan tiba dan apa mungkin Umara akan menjemputku sebagai bidadarinya, dan aku akan bahagia bersamanya di Syurga,” fikirku dalam hati yang bimbang.

Ting..!!, “ leptopku berbunyi. Ada pesan baru masuk di emailku.

“Maaf, saya salah kirim, saya ingin mengirim pesan itu untuk istri saya, karena saya sedang bertugas di luar  kota, setiba saya di sebuah hotel ternyata di  Hotel ini disediakan komputer dan full wifi. Namun saya salah menulis email istri saya, sekali lagi saya mohon maaf.  Isi pesan baru yang sungguh aku tak mengenal siapa pengirim pesan itu.


Cut Eva Syamsoeddin Putri merupakan Mahasiswa Gemasastrin FKIP Unsyiah dan siswa kursus di  Komunitas  Jeuneurob gelombang pertama.

0 komentar:

Posting Komentar