Karya Zulfadli
Kawom
Sekumpulan
Syaitan (setan, red) dari berbagai
tempat, tiba-tiba berkumpul. Rupanya mereka mau mengadakan rapat akbar di
sebuah gedung, yakni sebuah gedung yang mereka bangun atas titah Raja Iblih
(pimpinan tertinggi para setan). Semua Syaitan terdiri atas berbagai jenis yang semuanya berpenampilan
rapi, menggunakan safari, dasi, dan
sepatu mengkilat serta rata-rata berkendaraan mewah.
Ada Syaitan dari
jenis buroung tujoh, kangkang kuala, raja itam, ben sureeng, geunteut, jen paya
dan lain-lain. Jumlah mereka kurang-lebih 50 Syaitan dari berbagai abeuk, calouk, paya, glee, dan
kuala. Setelah jumlah Syaitan memenuhi kuorum, pimpinan sidang Syaitan yang bernama Raja Iitam, membuka rapat.
“Salam syaitannirajim, saudara-saudara sekalian,” pimpinan sidang mengucapkan
salam sebagai tanda dimulainya rapat.
“Salam
nirrajim Bapak Pimpinan,” para peserta menjawab dengan serentak.
“Saudara-saudara sekalian yang sesat dan jahat hatinya, kita berkumpul di
gedung diwan ini atas instruksi Raja Iblih, pimpinan tertinggi kita. Beliau
memerintahkan kita agar mengadakan rapat
akbar untuk merencanakan godaan, menipu para pemilih yang lebih bersahaja serta
agenda penting lainnya, salah satu yang tidak kalah pentingya adalah agenda
perjalanan dinas kita ke luar negeri.
Sebelumya
ada yang mau bertanya,” pimpinan rapat
Syaitan mempersilakan.
“Nama saya
Ben Surang Sareeng, anggota Syaitan dari daerah Alue Nuraka. Di pengujung tahun
ini lebih baik kita bahas masalah jalan-jalan ke luar negeri saja, menurut saya
ini yang kita prioritaskan, dibandingkan
kita harus bolak-balik buku anggaran dan dokumen-dokumen lain seperti
qanun-qanun ini-itu dan sebagainya.”
“Betul,
betul, betul,” kata sejumlah besar Syaitan yang sering bercokol di gedung Diwan
Perwakilan Syaitan (DPS), membenarkan perkataan Ben Surang Sareeng.
“Interupsi,
pimpinan.” Tiba-tiba salah satu dari peserta rapat sidang Diwanniraajim
berteriak.
“Ya,
silakan..! Siapa namamu?”
“Nama saya
Buroung Tujoh, anggota Syaitan yang lumayan ramai dan rakus. Saya usul agar
Syaitan dari bangsa kami mendapat anggaran dan tunjangan yang lebih besar,
mengingat kami cukup banyak. Bayangkan jika tujuh kami bisa menggoda per tujuh
orang untuk memilih kita. Kami juga mempunyai banyak anak buah yaitu para Jen
Pageu yang mesti kita berikan sejumlah makan juga.”
“Usul yang
bagus,” pimpinan sidang menjawab. Apakah Anda semua setuju?”
“Setujuuuu….,”
para peserta Syetan menyambut dengan riuh. Di antara mereka ada yang
tertawa-tawa sambil berkata, “Ha-ha-ha…, mangat that taduk hinoe, dumpue pree,
sampee trouk bak iek-ek jikira (Enak sekali duduk di sini, semua gratis, pipis dan beol pun dihitung.”
Sekelompok
Syaitan dari Abeuk Puntoung juga berkata dengan gembira, “Betul, asiik…. Di
gedung DPS cukup adem. Mangat
meus’ap-s’ap taduek lam geudong ateuh kurusi meuputa. Oh buluen tinggay cok
gaji, akhee thoun tajak ho yang galak teuh ngen tapajouh kri yang hawa,
ha-ha-ha…! Tiap lima tahun kita goda para pemilih kita agar bisa terus hidup
mewah.”
“Nah,
sekarang mari kita mengadakan pembagian tugas,” pimpinan rapat Diwannirrajim
melanjutkan lagi. “Penganggaran ini saya bagi menjadi tiga jenis, yaitu
anggaran aspirasi, anggaran sesajen untuk para Syaitan yang di luar
kita, namun mendukung dan merekom kita walau mereka tidak bekerja secara
langsung seperti kita dan anggaran apam. Anggaran ini khusus untuk Syaitan
Agam.”
“Interupsi,
Pimpinan!” Tiba-tiba perwakilan Syaitan wanita dari bangsa buroung punjoet
berkata. “Silakan. Siapa namamu?” pimpinan rapat Syaitan mempersilakan interupsi.
“Nama saya
Paridon. Saya usul agar kami diberi ruang yang lebih besar lagi, jangan cuma
tiga puluh persen. Saya rasa ini masih sangat kecil, padahal kami juga memiliki
kapasitas dan berpengalaman dalam bidang masing-masing.”
“Usul yang
bagus, masih perlu persetujuan dan kesepakatan bersama. Baik, sekarang mari
kita pilih pimpinan untuk tugas anggaran aspirasi. Siapa yang layak jadi
pimpinan tugas anggaran aspirasi ini kira-kira?”
“Ben Jumoeh!
Ben Jumoeh! Ben Jumoeh…!” Sebagian besar peserta rapat Syaitan dengan serentak
menunjuk Syaitan yang bernama Ben Jumoeh bin Geureuda sebagai pimpinan Syaitan
penggoda bidang anggaran aspirasi. Pimpian rapat bertanya, “Ben Jumoeh,
sanggupkah Anda memimpin Syaitan untuk melakukan godaan bidang anggaran
aspirasi?”
“Sanggup,
Bapak Pimpinan. Saya pasti sanggup, Bapak Pimpinan. Saya kan uboe-nya Syaitan
rakus.”
“Apa
prestasi yang telah kamu capai?” pimpinan rapat Syetan bertanya lagi.
“Selama ini
saya sudah berhasil menggoda banyak anggota Si Fael untuk melakukan korupsi
sampai mereka ditangkap. Saya juga selalu berhasil menggoda mereka untuk selalu
menyalahgunakan anggaran. Misalnya saat mereka mengadakan studi banding,
renovasi gedung, dan sebagainya.”
“Hmmm, apa
betul begitu?” pimpinan bertanya lagi. “Betul, Bapak Pimpinan. Lebih dari itu
saya pernah merayu pimpinan Syaitan di Al Asyi bagian utara dan berhasil saya
goda untuk mengeluarkan biaya Rp 200
miliar dari negeri tersebut untuk dipindahkan ke negeri Laknatillah. Mereka
lebih memperhatikan fee daripada memperhatikan urusan kesejahteraan rakyat.”
“Bagus,
bagus.” Pimpinan rapat Syaitan memuji dengan rasa senang. “Saudara-saudara niirrajim
sekalian, Ben Jumoeh dari Abeuk Usoung saya angkat sebagai pimpinan Syaitan
penggoda bidang anggaran aspirasi. Setuju?”
“Setujuuuu….”
dengan serentak peserta rapat Syaitan berseru.
“Nah,
sekarang mari kita pilih pimpinan Syaitan penggoda bidang sesajen. Ini penting,
tidak boleh kita anggap remeh. Kalau kurang sesajen atau kita lupa, kita akan
di-PAW dengan berbagai alasan yang kadang tidak masuk akal. Saya ingin
bertanya, siapa nama Syaitan yang sudah berpengalaman dalam hal ini? Ayo,
kalian sebut nama Syaitannya?”
“Apeureet….!
Apeureet….!” Para peserta rapat dengan kompak menyebut Syaitan bernama Apeureet sebagai pimpinan Syaitan
penggoda bidang sesajen. Pimpinan rapat Syaitan bertanya kepada Apeureet sambil
tersenyum seram, “Hemm, apa benar kamu
selalu berhasil dalam tugasmu?”
“Ya, Bapak
Pimpinan. Oya, saya lupa. Betul bapak pimpinan. Para pendukung dan perekom kita
itu saya beri berbagai alein, sesajen, sehingga mereka jarang mengkomplain
kita. Jumlah mereka memang tidak banyak, namun sangat mempengaruhi. Singkatnya,
mereka cuma pajoh gaji buta, muka teubay, dan ka gadoeh malee.”
“Bagus,
bagus, tapi ingat, saya kurang suka
dengan kata-katamu yang di akhir. Kalau mereka mendengar atau ada di antara
kita yang berkhianat, mampus kita. Dan meski diingat bahwa di atas kita ada Syaitan yang lebih besar lagi
pangkatnya. Baiklah, saudara-saudara, setujukah Anda jika Apeureet diangkat
sebagai pimpinan Syaitan penggoda bidang alein atau sesajen?”
Seperti
sebelumnya, para peserta rapat Syaitan berseru serentak, “Setujuuuuu!”
“Saudara-saudara,
sekarang mari kita memilih pimpinan Syaitan bidang apam. Ini penting, kita
harus selalu mengonsumsi apam, mengingat kita banyak menguras tenaga dan
pikiran. Saya ingin bertanya siapa Syaitan yang sudah berpengalaman di bidang
ini. Yang pasti syarat utama harus tahu di mana lokasi apam dijual,” pimpinan
rapat Syaitan bertanya.Para peserta rapat
serentak meneriakkan sebuah nama yang ternyata adalah Syaitan berjenis
kelamin wanita, “Putroe Dimanyang….! Putroe Dimanyang!”
Pimpinan
rapat Syetan bertanya kepada Putroe Dimanyang yang dari bangsa Jen Pari itu,
“Apa saja prestasimu sebagai agen apam?”
Putroe
Dimanyang menjawab, “Beberapa tahun yang lalu saya berhasil menggoda anggota
DPS partai lain dari sebuah partai besar berselingkuh sampai ia dipecat. Saya
juga berhasil menggoda salah seorang anggota dari sebuah partai jenggotan untuk
menonton film porno di ponselnya di saat sedang rapat. Prestasi lokal lain,
saya berhasil merayu agar mereka-mereka
yang pimpinan itu selalu menambah istrinya setiap tahun.”
“Wah, bagus, bagus.
Saya tidak menyangka, rupanya pilihan kita tepat, tidak salah orang dan
rata-rata berpengalaman,” puji pimpinan sidang.
“Baiklah,
karena menjelang pagi, rapat Diwaannirrajim ini saya sudahi dan saya tutup,”
kata pimpinan diwan sambil mengetuk palu
sebanyak tiga kali berturut-turut. Dan semua anggota sidang bubar dengan
wajah nan puas dan senyum syirik di bibir mereka yang buruk bertaring runcing.
(Ceuraceue Burong, 2013)
* Zulfadli
Kawom, merupakan pengelana dari hutan seribu sakti.
sumber : http://aceh.tribunnews.com/2013/08/25/diwannirajim
0 komentar:
Posting Komentar