Senin, 14 April 2014

DIWANNIRRAJIM



Karya Zulfadli Kawom

Sekumpulan Syaitan (setan, red)  dari berbagai tempat, tiba-tiba berkumpul. Rupanya mereka mau mengadakan rapat akbar di sebuah gedung, yakni sebuah gedung yang mereka bangun atas titah Raja Iblih (pimpinan tertinggi para setan). Semua Syaitan terdiri atas  berbagai jenis yang semuanya berpenampilan rapi, menggunakan safari, dasi,  dan sepatu mengkilat serta rata-rata berkendaraan mewah.

Ada Syaitan dari jenis buroung tujoh, kangkang kuala, raja itam, ben sureeng, geunteut, jen paya dan lain-lain. Jumlah mereka kurang-lebih 50 Syaitan  dari berbagai abeuk, calouk, paya, glee, dan kuala. Setelah jumlah Syaitan memenuhi kuorum, pimpinan sidang Syaitan  yang bernama Raja Iitam, membuka rapat. “Salam syaitannirajim, saudara-saudara sekalian,” pimpinan sidang mengucapkan salam sebagai tanda dimulainya rapat.

“Salam nirrajim Bapak Pimpinan,” para peserta menjawab dengan serentak. “Saudara-saudara sekalian yang sesat dan jahat hatinya, kita berkumpul di gedung diwan ini atas instruksi Raja Iblih, pimpinan tertinggi kita. Beliau memerintahkan  kita agar mengadakan rapat akbar untuk merencanakan godaan, menipu para pemilih yang lebih bersahaja serta agenda penting lainnya, salah satu yang tidak kalah pentingya adalah agenda perjalanan dinas  kita ke luar negeri.

Sebelumya ada yang  mau bertanya,” pimpinan rapat Syaitan mempersilakan.

“Nama saya Ben Surang Sareeng, anggota Syaitan dari daerah Alue Nuraka. Di pengujung tahun ini lebih baik kita bahas masalah jalan-jalan ke luar negeri saja, menurut saya ini yang kita prioritaskan, dibandingkan  kita harus bolak-balik buku anggaran dan dokumen-dokumen lain seperti qanun-qanun ini-itu dan sebagainya.”

“Betul, betul, betul,” kata sejumlah besar Syaitan yang sering bercokol di gedung Diwan Perwakilan Syaitan (DPS), membenarkan perkataan Ben Surang Sareeng.

“Interupsi, pimpinan.” Tiba-tiba salah satu dari peserta rapat sidang Diwanniraajim berteriak.

“Ya, silakan..! Siapa namamu?”

“Nama saya Buroung Tujoh, anggota Syaitan yang lumayan ramai dan rakus. Saya usul agar Syaitan dari bangsa kami mendapat anggaran dan tunjangan yang lebih besar, mengingat kami cukup banyak. Bayangkan jika tujuh kami bisa menggoda per tujuh orang untuk memilih kita. Kami juga mempunyai banyak anak buah yaitu para Jen Pageu yang mesti kita berikan sejumlah makan juga.”

“Usul yang bagus,” pimpinan sidang menjawab. Apakah Anda semua setuju?”

“Setujuuuu….,” para peserta Syetan menyambut dengan riuh. Di antara mereka ada yang tertawa-tawa sambil berkata, “Ha-ha-ha…, mangat that taduk hinoe, dumpue pree, sampee trouk bak iek-ek jikira (Enak sekali duduk di sini, semua gratis,  pipis dan beol pun dihitung.”

Sekelompok Syaitan dari Abeuk Puntoung juga berkata dengan gembira, “Betul, asiik…. Di gedung DPS cukup  adem. Mangat meus’ap-s’ap taduek lam geudong ateuh kurusi meuputa. Oh buluen tinggay cok gaji, akhee thoun tajak ho yang galak teuh ngen tapajouh kri yang hawa, ha-ha-ha…! Tiap lima tahun kita goda para pemilih kita agar bisa terus hidup mewah.”

“Nah, sekarang mari kita mengadakan pembagian tugas,” pimpinan rapat Diwannirrajim melanjutkan lagi. “Penganggaran ini saya bagi menjadi tiga jenis,  yaitu  anggaran aspirasi, anggaran sesajen untuk para Syaitan yang di luar kita, namun mendukung dan merekom kita walau mereka tidak bekerja secara langsung seperti kita dan anggaran apam. Anggaran ini khusus untuk Syaitan Agam.”

“Interupsi, Pimpinan!” Tiba-tiba perwakilan Syaitan wanita dari bangsa buroung punjoet berkata. “Silakan. Siapa namamu?” pimpinan rapat Syaitan  mempersilakan interupsi.

“Nama saya Paridon. Saya usul agar kami diberi ruang yang lebih besar lagi, jangan cuma tiga puluh persen. Saya rasa ini masih sangat kecil, padahal kami juga memiliki kapasitas dan berpengalaman dalam bidang masing-masing.”

“Usul yang bagus, masih perlu persetujuan dan kesepakatan bersama. Baik, sekarang mari kita pilih pimpinan untuk tugas anggaran aspirasi. Siapa yang layak jadi pimpinan tugas anggaran aspirasi ini kira-kira?”

“Ben Jumoeh! Ben Jumoeh! Ben Jumoeh…!” Sebagian besar peserta rapat Syaitan dengan serentak menunjuk Syaitan yang bernama Ben Jumoeh bin Geureuda sebagai pimpinan Syaitan penggoda bidang anggaran aspirasi. Pimpian rapat bertanya, “Ben Jumoeh, sanggupkah Anda memimpin Syaitan untuk melakukan godaan bidang anggaran aspirasi?”

“Sanggup, Bapak Pimpinan. Saya pasti sanggup, Bapak Pimpinan. Saya kan uboe-nya Syaitan rakus.”

“Apa prestasi yang telah kamu capai?” pimpinan rapat Syetan bertanya lagi.

“Selama ini saya sudah berhasil menggoda banyak anggota Si Fael untuk melakukan korupsi sampai mereka ditangkap. Saya juga selalu berhasil menggoda mereka untuk selalu menyalahgunakan anggaran. Misalnya saat mereka mengadakan studi banding, renovasi gedung, dan sebagainya.”

“Hmmm, apa betul begitu?” pimpinan bertanya lagi. “Betul, Bapak Pimpinan. Lebih dari itu saya pernah merayu pimpinan Syaitan di Al Asyi bagian utara dan berhasil saya goda untuk mengeluarkan biaya Rp  200 miliar dari negeri tersebut untuk dipindahkan ke negeri Laknatillah. Mereka lebih memperhatikan fee daripada memperhatikan urusan kesejahteraan rakyat.”

“Bagus, bagus.” Pimpinan rapat Syaitan memuji dengan rasa senang. “Saudara-saudara niirrajim sekalian, Ben Jumoeh dari Abeuk Usoung saya angkat sebagai pimpinan Syaitan penggoda bidang anggaran aspirasi. Setuju?”

“Setujuuuu….” dengan serentak peserta rapat Syaitan berseru.

“Nah, sekarang mari kita pilih pimpinan Syaitan penggoda bidang sesajen. Ini penting, tidak boleh kita anggap remeh. Kalau kurang sesajen atau kita lupa, kita akan di-PAW dengan berbagai alasan yang kadang tidak masuk akal. Saya ingin bertanya, siapa nama Syaitan yang sudah berpengalaman dalam hal ini? Ayo, kalian sebut  nama Syaitannya?”

“Apeureet….! Apeureet….!” Para peserta rapat dengan kompak menyebut Syaitan  bernama Apeureet sebagai pimpinan Syaitan penggoda bidang sesajen. Pimpinan rapat Syaitan bertanya kepada Apeureet sambil tersenyum seram, “Hemm,  apa benar kamu selalu berhasil dalam tugasmu?”

“Ya, Bapak Pimpinan. Oya, saya lupa. Betul bapak pimpinan. Para pendukung dan perekom kita itu saya beri berbagai alein, sesajen, sehingga mereka jarang mengkomplain kita. Jumlah mereka memang tidak banyak, namun sangat mempengaruhi. Singkatnya, mereka cuma pajoh gaji buta, muka teubay, dan ka gadoeh malee.”

“Bagus, bagus,  tapi ingat, saya kurang suka dengan kata-katamu yang di akhir. Kalau mereka mendengar atau ada di antara kita yang berkhianat, mampus kita. Dan meski diingat bahwa di atas  kita ada Syaitan yang lebih besar lagi pangkatnya. Baiklah, saudara-saudara, setujukah Anda jika Apeureet diangkat sebagai pimpinan Syaitan penggoda bidang alein atau sesajen?”

Seperti sebelumnya, para peserta rapat Syaitan berseru serentak, “Setujuuuuu!”

“Saudara-saudara, sekarang mari kita memilih pimpinan Syaitan bidang apam. Ini penting, kita harus selalu mengonsumsi apam, mengingat kita banyak menguras tenaga dan pikiran. Saya ingin bertanya siapa Syaitan yang sudah berpengalaman di bidang ini. Yang pasti syarat utama harus tahu di mana lokasi apam dijual,” pimpinan rapat Syaitan bertanya.Para peserta rapat  serentak meneriakkan sebuah nama yang ternyata adalah Syaitan berjenis kelamin wanita, “Putroe Dimanyang….! Putroe Dimanyang!”

Pimpinan rapat Syetan bertanya kepada Putroe Dimanyang yang dari bangsa Jen Pari itu, “Apa saja prestasimu sebagai  agen apam?”

Putroe Dimanyang menjawab, “Beberapa tahun yang lalu saya berhasil menggoda anggota DPS partai lain dari sebuah partai besar berselingkuh sampai ia dipecat. Saya juga berhasil menggoda salah seorang anggota dari sebuah partai jenggotan untuk menonton film porno di ponselnya di saat sedang rapat. Prestasi lokal lain, saya berhasil  merayu agar mereka-mereka yang pimpinan itu selalu menambah istrinya setiap tahun.”

“Wah,  bagus, bagus.  Saya tidak menyangka, rupanya pilihan kita tepat, tidak salah orang dan rata-rata berpengalaman,” puji pimpinan sidang.

“Baiklah, karena menjelang pagi, rapat Diwaannirrajim ini saya sudahi dan saya tutup,” kata pimpinan diwan sambil mengetuk palu  sebanyak tiga kali berturut-turut. Dan semua anggota sidang bubar dengan wajah nan puas dan senyum syirik di bibir mereka yang buruk bertaring runcing. (Ceuraceue Burong, 2013)


* Zulfadli Kawom, merupakan pengelana dari hutan seribu sakti.

sumber : http://aceh.tribunnews.com/2013/08/25/diwannirajim

0 komentar:

Posting Komentar