Senin, 02 Juli 2012

Puisi-puisi Cahya Maulizati Burhan


KEMBALI
Aku kembali
tergesa-gesa menatap penhujung senja.
sebelum langit jingga berganti dengan temaram malam
mohon,  basuh peluhku dengan kasihMu

SAJAK UNTUK  AYAH
Saat diam terbesit wajah yang kian pilu menatap hari
ditemani sebuah rokok dan secangkir kopi
duduk menyendiri sembunyikan resah
tanpa ada yang tahu, kau titip kegalauan pada malam
ah Ayah, dari peluhmu aku rasa bahagia

Enigma kehidupan selalu saja mengusik fikirannmu
hingga tak pernah sadari uban  telah tampak jelas memenuhi kepala
tanda bahwa umur kian renta dan raga tak sekuat dahulu
tetapi itu semua tak menutupi ketegaranmu lanjuti hidup
Ayah, dalam dekap sunyi anakmu merindu

MALAM-MALAM RINDU
 adakah sunyinya malam menghantarkan kita pada suatu kedamaian?
jika iya, maka malam-malam itu lebih berharga dari nyanyian bising burung pagi-pagi
dan riuhnya jalanan di siang hari



0 komentar:

Posting Komentar