Rabu, 15 Januari 2014

Puisi-Puisi Hamdani Chamsyah



MENEGUK CERITA NEGERI KOPI

Siapa  tidak mengenal  negeri ini?
Negeri seribuan gelas berjejer sepanjang jalan
Aroma negeri seribu  kopi

Tak ada cerita yang mesti kau dengar, wahai
Bibir kering tanpa pembasah
Bukan jibilah dan bukan  lagenda
Cerita akan terbuka kalanya
Sedu di kopi nikmat dinanti

Teguklah negeri  kami
Teguk cerita segelas kopi

Jambo Kupi Apa Kaoy, 27 Oktober 2012


SEPERTI AROMANYA

Aduk aduk
Wanginya semakin wangi
Biji biji dari tanah alami telah tersaji
Tusuk di hidung

Teguk meneguk
Seperti aroma tercium
Juga rasa tercicip
Biji biji bukan biji lagi
Duhai, kopi

Rawa Sakti, 22 Oktober 2012


IZINKAN AKU MENEGUKMU

Izinkan aku meneguk pekatmu, wahai
Untuk sekian kalinya
Hujan guyur adalah dingin samar
Menegukmu adalah hangat nyata
Maka, izinkan aku menegukmu untuk sekian kalinya

Bandar Kupi, 30 Oktober 2012


BIARKAN KAMI MENEGUK PEKAT

Biarkan pekat terus mengikat negeri ini
Dari pada merah terus mengalir dari tubuh kami

Adalah tawa yang bernada dalam adukan gelas gelas
Bukan lagi tangis yang menghias
Pada setiap letupan darah alir

Biarkan kami terus meneguk pekat alam sendiri
Bukan hasil curian pada setiap nikmat yang kami cicipi
Dari pada terus meraung dalam luka berbilang tahun
Tanpa ujung dera setiap kampung

Biarkan kami menikmati pekat ini
Denting gelas dan canda tawa
Bukan kehilangan celaka
Bukan  ketakutan ke arah

Bandar Kupi, 30 Oktober 2012
Hamdani Chamsyah, bergiat di Komunitas Jeuneurob dan Tukang Gali Kubur.

Sumber: Antologi Puisi Secangkir Kopi


0 komentar:

Posting Komentar