MENEGUK CERITA NEGERI KOPI
Siapa
tidak mengenal negeri ini?
Negeri seribuan gelas berjejer
sepanjang jalan
Aroma negeri seribu kopi
Tak ada cerita yang mesti kau dengar,
wahai
Bibir kering tanpa pembasah
Bukan jibilah dan bukan lagenda
Cerita akan terbuka kalanya
Sedu di kopi nikmat dinanti
Teguklah negeri kami
Teguk cerita segelas kopi
Jambo Kupi Apa Kaoy, 27 Oktober 2012
SEPERTI AROMANYA
Aduk aduk
Wanginya semakin wangi
Biji biji dari tanah alami telah
tersaji
Tusuk di hidung
Teguk meneguk
Seperti aroma tercium
Juga rasa tercicip
Biji biji bukan biji lagi
Duhai, kopi
Rawa Sakti, 22 Oktober 2012
IZINKAN AKU MENEGUKMU
Izinkan aku meneguk pekatmu, wahai
Untuk sekian kalinya
Hujan guyur adalah dingin samar
Menegukmu adalah hangat nyata
Maka, izinkan aku menegukmu untuk
sekian kalinya
Bandar Kupi, 30 Oktober 2012
BIARKAN KAMI MENEGUK PEKAT
Biarkan pekat terus mengikat negeri ini
Dari pada merah terus mengalir dari
tubuh kami
Adalah tawa yang bernada dalam adukan
gelas gelas
Bukan lagi tangis yang menghias
Pada setiap letupan darah alir
Biarkan kami terus meneguk pekat alam
sendiri
Bukan hasil curian pada setiap nikmat
yang kami cicipi
Dari pada terus meraung dalam luka
berbilang tahun
Tanpa ujung dera setiap kampung
Biarkan kami menikmati pekat ini
Denting gelas dan canda tawa
Bukan kehilangan celaka
Bukan ketakutan ke arah
Bandar Kupi, 30 Oktober 2012
Hamdani
Chamsyah, bergiat di Komunitas Jeuneurob dan Tukang Gali Kubur.
Sumber: Antologi Puisi Secangkir Kopi