Sumber: Pikiran Merdeka (Minggu, 22 April 2012)
Mengapa setelah bencana ada ketegangan
Ah, suara-suara bedil bergema
Menyeruak, membahana kemana-mana
Apakah masa penuh tumpah darah akan kembali mencengkram puak kita?
Tuhan, seru selaksa hamba ucap titahMu
DIAM
Kembali sesal
Tak pantas diungkap
Begitu pekat
Merasa ke dalam asa
Hujamkan denyut jantung
Goresi luka lama
Tak sanggup menepis sesal
Ah, biar aku yang diam
KERANA HUJAN
Hujan
Pertanda titah Tuhan datang
Hujan
Pada lukisan langit redup aku mula sebuah kisah
Hujan
Aku melihat para bocah berlarian
Berkejaran dilingkar jalan basah
Hujan
Ajari aku menyulam kata-kata
Kerana banyak kisah yang mati terpenggal
Bersarang di fikiran dasar
Selaksa Kata Untuk Mereka
(Hadiah perpisahan di SMAN 11 Banda Aceh)
Kala waktu melangkah capai masa
Tak ada sebongkah kata indah
Melainkan selaksa kenangan kita
Kala waktu melangkah capai masa
Gurau melebur pada canda
Sirnai jenuh yang tiap detik hampiri diri
Sayang, kita merasa satu
Kala waktu melangkah capai masa
Hati kita kian terbuhul kuat
Sampai akhir titian waktu
Semoga tak sekejap mata
RINDU TUHAN
Merindu Tuhan
Lafalkan ayatMu nan suci
Pahami maksud dari tiap lekuk arti
Lalu berserah diri di jalan yang Kau kehendaki
Rabb, rindu ini telah diwatas buncah
Mohon izinkan hamba cium wewangian surgaMu
DENDAM
Seakan dunia bergolak
Saat aku diam penuh dendam
Sengaja kusumbat lubang amarah
Agar kemudian tak celaka
Akh, peradaban diri dimulai
Membuka mata ; bangun dari mimpi