Oleh: Makmur Dimila
Sumber: Harian Aceh
Sumber: Harian Aceh
Ada yang berduka di balik penundaan Pemilukada Aceh. Abu Toy Sijoy meninggal kemarin. Padahal ia ingin sekali memilih bupati dan gubernur baru.
Dengar-dengar dari penuturan orang kampungnya, sebelum meninggal, kakek Je itu sempat mengucapkan “fuck you” kepada pemimpin yang hampir ludes masa jabatannya.
Disebut-sebut, sebelum temui ajal, ia sudah tak ingin lagi hidup di Aceh yang kondisinya tak menentu. Tak lama, ketakinginannya terkabulkan. Ia meninggal sebelum pemilihan kepala daerah berlangsung.
Duka mendalam, setidaknya bagi warga Gampong Buhak yang menobatnya sebagai tokoh masyarakat, atau salah satu Tuha Peuet gampong itu.
Je galau. Ia belum tuntas mempelajari ilmu memimpin dengan bijak dari kakeknya. Bahkan ada satu pengalaman penting dari kakeknya yang belum dipelajari Je: ilmu memimpin lembaga pemilihan.
Abu Toy Sijoy atau lebih dikenal Abu Lambuhak itu pernah menjabat ketua lembaga pemilihan, ya, pemilihan keuchik dan camat. Tiga periode berturut-turut, sebelum adanya pesta demokrasi bernama Pilkada.
Itu dulu, tapi tak begitu dulu, masa-masa Indonesia menjelang dan setelah merdeka. Dulu, pemilihan digelar secara aklamasi atau penunjukan langsung orang yang dipercaya patut menjadi pemimpin.
Dan telunjuk Abu Lambuhak selalu dipercayakan untuk menunjuk siapa yang patut memimpin. Bahkan, sebelum penunjukan, warga mempercayakannya untuk menentukan jadwal penunjukan.
Ketika sudah menentukan, maka tak pernah bergeser lagi jadwalnya. Selalu tepat waktu. Hingga orang-orang sebelumnya tak pernah mengalami seperti dialami Abu Lambuhak kemarin, yaitu meninggal sebelum menggapai cita-citanya memilih pemimpin baru. Abu Lambuhak sangat dihormati dan diagungkan.
Jadwal penunjukan, itu dulu. Sekarang, jadwal pencoblosan. Di Aceh yang kadang dibenci juga dicinta Je ini, jadwal pencoblosan Pemilukada periode 2012-2017 sudah lima kali bergeser.
Mulanya direncanakan pencoblosan pada Oktober 2011. Lalu digeser ke November 2011. Kemudian 24 Desember 2011. Belum siap, geser lagi ke 16 Februari 2012. Tak siap juga. Sampai-sampai KIP Aceh pecah kongsi. Ketua dengan komisioner beda versi. Komisioner mengusulkan Mahkamah Konstitusi agar pencoblosan dilangsungkan pada 9 April 2012.
Tentu Ketua KIP Aceh hari ini tak sama dengan ketua pemilihan (penunjukan) keuchik dan camat dulu. Abdul Salam Poroh tentu tak sama dengan Abu Toy Sijoy. Mereka punya kelebihan masing-masing.
“Tapi banyak lebihnya kakekku,” kata Je pada kawannya, bangga, dan, tanpa dibantah. Begitulah. “Sampai-sampai kakekku meninggal, kelamaan menunggu jadwal pencoblosan.”*
0 komentar:
Posting Komentar