Crew Lima Production bersama aktor dan masyarakat Tumbo Baro |
:: Afnie Rahil Munaras
Pagi
itu, Kamis, 2 Juli 2015, pukul 10. Matahari kota Banda Aceh seberingas biasa.
Teriknya menusuk kepala sekalipun padahal belum pada tenggatnya. Saya, Hafiz,
dan Nazar Shah Alam dipercaya oleh tim Lima Production menuju desa Tumbo Baro,
Kuta Malaka, Aceh Besar untuk meninjau tempat pengambilan gambar serta memilih
pemeran yang akan mengisi film Baju
Lebaran. Sempat diusulkan akan mengambil lokasi di Siem oleh Hamdani
Chamsyah yang bertanggung jawab tempat dengan pertimbangan kondisi desanya yang
sesuai dengan naskah, namun dalam rapat terakhir Tumbo Baro-lah yang menjadi
pilihan. Selain tempat, yang kemudian saya ketahui hanya dibual sejak lama oleh
Nazar Shah Alam, mengambil gambar di Tumbo Baro juga dimudahkan mengingat di
sana ada santri-santri TPA binaan Cut Eva yang memang sudah direncanakan akan
menjadi pemeran.
Sutradara bersama santri TPA Sultan Alaidin Mahmudsyah |
Konon,
dari kisah teman-teman saya ketahui bahwa film pendek Baju Lebaran ini sudah direncanakan sebelum lebaran Idul Fitri
tahun 2014 silam. Tapi karena kesibukan masing-masing, dan para rekan juga
harus membuat beberapa film lain untuk lomba, kerja, dan kreativitas, ide tersebut hilang begitu saja. Namun, entah
bagaimana dalam sekali duduk di warung kopi cerita ini mengambang lagi.
Awalnya
film Baju Lebaran direncanakan hanya
sebatas sebagai portofolio Lima Production, sekedar demi tidak vakum selama
bulan Ramadhan. Zyrki Marfandi, sang sinematografer garis depan di kelompok
kreatif kami, sempat menolak bertanggung jawab penuh untuk film ini sebab dia
ingin lebih fokus mengerjakan film serial “Lako Saudah” yang sudah dipersiapkan
lebih awal dan matang. Tapi apa mau dikata, Lima Production bukanlah tim besar.
Pada akhirnya, mau tak mau dia harus mau bertanggung jawab total.
Zyrki Marfandi, sang sinematografer di Lima Production |
Proses Lanjutan
Azal dan Umeir |
Umeir
dan Azal terpilih sebagai pemeran utama. Mereka baru pertama kali berakting di
depan kamera. Nazar Shah Alam, susah payah mengatur lakon mereka. Zyrki
Marfandi dan Hafiz berulang kali harus menerima kenyataan gambarnya tak
sempurna. Belum lagi mengingat ramainya anak-anak, teman bermain Umeir dan
Afzal yang kerap nakal sehingga menuntut kami untuk mendamaikan mereka, membawa
ke tempat lain, lalu menghibur, agar proses pengambilan gambar tidak terganggu.
Syukurlah seluruh dewan pengajar di TPA Sultan Alaidin Mahmudsyah membantu
menghadapi anak-anak itu dan ikut serta meringankan kerja kami dengan mencukupi
segala hal yang kami rasa perlu.
Pemutaran Film
Pemutaran perdana |
Awalnya
kami merencanakan film ini akan diunggah ke akun Youtube Lima Production paling
telat pada 23 Ramadhan. Hal tersebut demi membantu diri sendiri agar memiliki
sedikit waktu bersantai dalam proses pengambilan gambar dan editing. Tetapi
para perangkat kampung Tumbo Baroe ingin film ini diputar pada malam penutupan
Gebyar Ramadhan pada tanggal 06 Juli 2015. Hal ini membuat kami harus
mengadakan beberapa kali rapat mendadak. Bayangkan saja, proses syuting hingga
hari Minggu siang baru berjalan 75%. Jika pun memaksa, kami tidak mungkin bisa
mendapatkan gambar sempurna. Lima Production hanya memiliki satu hari dalam
mengedit film ini.
Awalnya
kami menolak, tapi masyarakat mendesak. Mereka bahkan ikut serta membantu
seolah-olah sebagai kru. Sebab tak ingin mengecewakan, melihat keinginan dan
keseriusan mereka, membuat kami setuju film ini diputar pada saat diminta.
Di
luar dugaan, masyarakat Tumbo Baroe ternyata sangat antusias dengan acara
pemutaran perdana film pendek Baju
Lebaran ini. Orang-orang menanti di halaman meunasah sembari terus bertanya
kapan film Baju Lebaran yang
diperankan oleh anak-anak mereka diputar. Hujan baru saja berhenti. Layar
dipasang, beberapa pemuda tegap menjaga tiang pancang layar agar tak rubuh
ditiup angin yang sedang kencang. Mereka mengurus semuanya dengan semangat
menyala.
Syukurlah,
semuanya berjalan lebih baik dari yang kami duga. Antusias warga dan penerimaan
mereka membuat kami merasa sangat bahagia. Nazar Shah Alam dalam sambutannya
pada malam pemutaran perdana film Baju
Lebaran mewakili apa yang kami rasakan,”datang ke Tumbo Baro kami tidak
merasa sebagai tamu, juga tidak merasa seperti pulang ke kampung sendiri.
Datang dan bekerja di Tumbo Baro sama halnya dengan kami pulang ke rumah
sendiri, bertemu keluarga kandung kami. Terimakasih!” ucapnya disambut riuh
tepuk tangan seluruh masyarakat yang memenuhi halaman meunasah tempat Baju Lebaran diputar.
Setelah
di Tumbo Baro, film ini direncanakan akan diputar bergiliran di beberapa tempat
di Aceh setelah lebaran. Alhamdulillah. Semoga ini bukan karya kami yang
terakhir. Nantikan karya kami selanjutnya.